BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Situasi pembelajaran
yang efektif ditandai adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat
merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri siswa dan relatif besar sekali
pengaruhnya terhadap perilaku belajar siswa. Siswa yang tidak memiliki minat belajar cenderung
mengalami gangguan perilaku belajar yang pada akhirnya menyebabkan munculnya
kesulitan-kesulitan belajar. Oleh karena itu minat dapat dianggap sebagai unsur
pendorong yang sering kali menjadi alasan siswa untuk melakukan proses dan
aktivitas belajar.
Siswa yang memiliki minat belajar
yang tinggi cenderung akan memiliki suasana batin yang kondosif dalam belajar.
Aktifitas belajar siswa senantiasa dalam suasana kegembiraan,
keikhlasan, semangat, perhatian dan rasa nyaman tanpa terbebani oleh adanya
kesulitan yang harus dipahami dalam pelajaran. Siswa melakukan
dan mengalami peristiwa belajar tanpa perasaan terpaksa ataupun terbebani (Mursal
dalam Djamarah, 2000: 60)
Pembelajaran IPA di sekolah dasar menuntut
perilaku belajar siswa yang aktif. Aktifitas belajar itu salah satunya dapat
bersumber dari minat belajar siswa yang tinggi tentang IPA. Pembelajaran IPA di
sekolah dasar terbagi atas dua jenjang yakni jenjang kelas rendah dan jenjang kelas tinggi. Kelas rendah
dilaksanakan dengan prinsip tematik sedangkan kelas tinggi dilaksanakan dengan
prinsip pembelajaran terpadu. Perbedaan tematik lebih terfokus pada penanaman
konsep IPA sedangkan pembelajaran terpadu lebih pada penerapan konsep-konsep
IPA.
Keberhasilan
proses pembelajaran IPA kelas tinggi ditentukan beberapa
aspek, salah
satu aspek yang sangat mempengaruhi kebehasilan pencapaian kompetensi. Pencapaian kompetensi adalah upaya guru dalam menerapkan berbagai
strategi dengan menggunakan berbagai media sehingga pembelajaran menjadi
menarik dan bermakna bagi siswa. Salah satunya adalah mengoptimalkan berbagai
sumber belajar yang tersedia dan atau menggunakan media pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
Kemampuan
guru dalam mendayagunakan media relatif bervarisasi dan pada umumnya ketidakmampuan
guru merancang media yang tepat sering kali meniumbulkan masalah dalam proses
pembelajaran IPA. Masalah itu antarlain karena pembelajaran didominasi oleh
proses yang penyajian verbal. Guru masih bertindak satu-satunya sumber
informasi di kelas. Kegiatan belajar masih berpusat
pada guru, yaitu guru lebih banyak bercerita atau berceramah. Siswa masih lebih banyak pasif dan diam mendengarkan
penjelasan guru. Interaksi pembelajaran antara guru dan siswa relative
terbatas. Siswa tidak banyak aktif terlibat dalam proses
pembelajaran, guru jarang atau bahkan
tidak menggunakan media pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran menjadi pasif dan kurang bermanfaat.
Paradigma
lama dimana orientasi belajar lebih berpusat pada guru harus mulai ditinggalkan
dan diganti dengan orientasi belajar lebih berpusat pada siswa. Caranya adalah menjadikan guru sebagai fasilitator
pembelajaran dengan mendayagunaakan berbagai media pembelajaran. Dengan
menjadi fasilitator pembelajaran
guru akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yamg aktif sedemikian rupa
sehingga siswa aktif bertanya, mengemukaan gagasan dan mempertanyakan
dan juga mengemukakan gagasannya.
Studi
pendahuluan penulis terhadap proses pembelajaran IPA di Pohuwato khusunya di
SDN 2 Botubilotahu menunjukkan bahwa pembelajaran IPA masih dominan
dilaksanakan dengan cara yang verbal. Guru kurang menunjukkan susasana yang
menungkinkan siswa belajar dengan baik, proses pembelajaran berlangsung pasif. Beberapa siswa memang tampak
memperhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa yang
menguap, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendirian tidak memperhatikan
penjelasan guru.akibatnya hasil dari pembelajaran kurang maksimal. Gejala
ini dikuatkan oleh data hasil UN dan ujia semester untuk 2 tahun berturur-turut
yaitu rata-rata nilai UN mata pelajaran IPA tahun pelajaran 2010-2011 adalah
65.4 dan tahun pelajaran 2011-2012 adalah 68.2. Hasil ulangan semester jika di
rata-ratakan untuk tahun pelajaran 2010-2011 adalah 62.7 dan pada tahun pelajaran
2011-2012 adalah 64.3.
Mencermati uraian diatas, penulis
berfikir bahwa banyak factor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa
tersebut. Salah-satunya adalah minat belajar. Penilis menduga bahwa faktor
minat belajar siswa merupakan faktor yang berperan besar dalam perolehan nilai
hasil belajar siswwa . untuk meyakinkan dugaan penulis ini perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut yang menjelaskan apabila minat belajar siswa meningkat
makan akan mempengaruhi hasil belajaranya. Untuk itu Perlu dilakukan penelitian
tindakan kelas denga merancang strategi proses pembelajaran yang dapat
membangkitkan minat siswa. Salah satu
cara yang dapat dilakuak adalah dengan menggunakan media berupa media audio
visual (multimedia pembelajaran). Dipilihnya media audio visual karena dalam pembelajaran dibutuhkan
sesuatu untuk membangkitkan siswa dalam belajar dan bukan hanya sekedar hanya menonton
guru yang seddang berceramah didlam kelas.
Didasarkan
pada pemikiran pentingnya media audio visual dalam upaya membangkitkan minat
siswa dalam belajar IPA, maka telah ndilakukan penelitian dengan judul : “Meningkatkan Minat Belajar Siswa
pada Materi Penggolongan Hewan Melalui Media Audio Visual (Suatu Penelitian Tindakan kelas pada siswa kelas IV SDN 2 Botubilotahu
Tahun Pelajaran 2012-2013)”
1.2
Identifikasi Masalah
Dalam tahap ini peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang timbul
dalam proses pembelajaran. Adapun maalah yang timbul lebih awal adalah guru kurang menunjukkan suasana yang memungkinkan siswa
dapat belajar dengan baik. Dari segi penampilan guru, mimik, gaya mengajar,
sangat tidak tepat untuk mengembangkan minat peserta didik. Sebagian besar
peserta didik memperlihatkan gejala-gejala kurang berminat untuk mengikuti
pelajaran seperti tidak membawa alat tulis, tidak membawa buku pelajaran,
banyak yang keluar masuk kelas, dan adapula yang tertidur dalam kelas pada saat
pembelajaran berlangsung. Dari kegiatan pembelajaran, saat proses pembelajaran
berlangsung siswa terlihat pasif. Beberapa siswa memang tampak memperhatikan
keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa yang menguap, menopang dagu, serta
sibuk beraktivitas sendirian tidak memperhatikan penjelasan guru. Selain itu
juga banyak siswa yang mendapatkan nilai yang tidak tuntas, guru tidak menggunakan media
pelajaran, bahkan guru hanya duduk dan memberikan catatan kepada siswa tanpa
memberikan penjelasan.
1.3
Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi
masalah di atas maka peneliti akan membatAasi masalah sesuai dengan masalah
yang akan diteliti yakni rendahnya minat belajar siswa dalam mengikuti
pelajaran khususnya pelajaran IPA. Peneliti mengambil masalah ini karena denagn
adanya minat belajar yang tinggi, para siswa akan bisa melakukan dan mengikuti
proses belajar dengan baik sehingga akan memperoleh hasil yang memuaskan.
Dengan adanya minat maka motivasi belajarpun akan timbul dengan sendirinya
seperti motivasi mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan dari guru ataupun
menanyakan materi yang kurang dipahami kepada guru.
1.4
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah minat
belajar pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Botubilotahu Kecamatan Marisa
dapat ditingkatkan melalui media audio visual?”
1.5
Cara Pemecahan Masalah
Cara
pemecahan masalah yang dipilih
untuk mengatasi masalah dalam meningkatkan
minat belajar siswa pada materi penggolongan hewan adalah
dengan menggunakan Media Audio
Visual.
1.6
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa pada materi penggolongan
hewan siswa kelas IV SDN 2 Botubilotahu.
1.7 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1)
Bagi siswa
Meningkatkan minat belajar siswa melalui
media audio visual.
2) Bagi
guru
Diharapkan dapat memberikan inspirasi
bagi guru melaksanakan dan menggunakan media pembelajaran dalam mata pelajaran
IPA yang sangat berpengaruh pada minat belajar siswa.
3) Bagi
sekolah
Hasil penelitian ini akan memberi
manfaat bagi sekolah tempat meneliti, terutama meningkatkan minat belajar siswa
dalam mata pelajaran IPA di kelas IV.
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
2.1
Tinjauan
Pustaka
1)
Hakikat
Minat Belajar
Istilah minat seringkali dihubungkan
dengan motivasi, karena memang secara hierarki kedua istilah, yakni minat dan
motivasi merupakan dua istilah yang berbeda, tetapi merupakan satu kesatuan.
Motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seseorang dan
perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang
diingginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat berminat terhadap
sesuatu, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Dalam bahasa dapat
dikatakan bahwa jika seseorang berminat terhadap sesuatu dan harapan untuk
memperoleh sesuatu itu cukup besar, maka yang bersangkutan akan sangat
termotivasi untuk memperoleh hal yang di-minatinya itu.
Dari
beberapa definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan minat erat hubungannya
dengan perasaan individu terhadap obyek, aktivitas, dan situasi. Selanjutnya
minat pada dasarnya merupakan kecenderungan jiwa yang membantu terwujudnya
tindakan, ungkapan dan reaksi seseorang yang dapat membangkitkan rasa senang.
Minat menjadi penyebab dilakukannya sesuatu kegiatan atau tidak. Hal ini
dikarenakan minat memagang peranan penting dan banyak mendasari perhatian dalam
melakukan berbagai kegiatan dalam pembelajaran.
Minat
adalah suatu yang sangat penting bagi seseorang untuk melakukan suatu
aktivitas. Minat dikatakan sebagai unsur penting karena tanpa minat seseorang
mungkin tidak akan melakukan suatu aktivitas. Begitu pun dalam belajar, seorang
siswa mungkin tidak akan melakukan aktivitas belajar apabila ia tidak memiliki
minat untuk belajar. Untuk dapat menguraikan tentang minat belajar perlu
dijelaskan terlebih dahulu apa sesungguhnya yang dimaksud dengan minat.
Sardiman
(2007: 55) minat merupakan salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi
belajar. Slameto (2010: 182) mendefinisikan minat adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa berkaitan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Dikatakan semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar minat.
Selanjutnya
Skinner (1997: 337) menjelaskan minat sebagai dorongan yang menunjukkan
perhatian individu terhadap objek yang menarik dan menyenangkan, apabila
individu memperhatikan sesuatu objek yang menyenangkan, maka ia cenderung akan
berusaha lebih aktif dengan obyek tersebut.
Hal ini
mengandung pengertian, bahwa minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan
yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal yang lainnya, dapat
pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Seseorang yang
memiliki minat terhadap obyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap obyek tersebut. Dengan kata lain, bahwa minat
seseorang tidak hanya mencerminkan perasaan positif yang menyebabkan orang
tersebut melakukan sesuatu dengan senang, tetapi juga mencakup suatu
pengetahuan tentang aktivitas dan adanya kemampuan untuk melaksanakan aktivitas
tersebut. Pada prinsipnya seseorang yang penuh minat belajar akan melakukan
aktivitas belajar tanpa perasaan terpaksa, karena belajar menjadi suatu
kebutuhan, hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh James (dalam
Usman, 2001: 27) bahwa minat merupakan faktor yang menentukan derajat keaktifan
belajar siswa.
Ada yang
mengemukakan bahwa menemukan sesuatu oleh murid memakan waktu yang lebih
banyak. Yang dapat diajarkan dalam waktu 30
menit, mungkin memerlukan 4-5 jam dengan metode penemuan. Namun yang dipelajari
dalam 4-5 jam itu, yakni merumuskan masalah, merencanakan cara memecahkannya,
melakukan percobaan, membuat kesalahan, berpikir untuk mengatasinya, dan
akhirnya menemukan penyelesaiannya tak ternilai harganya bagi cara belajar
selanjutnya atas kemampuan sendiri.
Eksplosi
pengetahuan memerlukan cara belajar yang baru, demikian pula peranan yang baru
bagi guru. Demikian pula yang menjadi persoalan ialah apa yang harus
dipelajari. Pengetahuan yang berkembang dengan begitu cepat mengharuskan revisi
kurikulum yang kontinu. Namun sukar diramalkan pengetahuan apakah yang berguna
bagi anak di masa mendatang. Tetapi yang lebih penting ialah memupuk sikap dan
teknik belajar, agar ia dapat terus belajar sepanjang hidupnya. Bahan atau isi
pelajaran memegang peranan nomor dua dibandingkan dengan sikap dan metode
belajar. Pendidikan tidak berhenti dengan berakhirnya masa belajar di sekolah.
Jika dahulu
diutamakan soal mengajar, maka akhir-akhir ini ditonjolkan soal belajar,
setidaknya dalam teori. Selain itu, diketahui bahwa belajar akan lebih
berhasil, bila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.
Diketahui pula bahwa setiap anak itu berbeda secara individual, bahwa perbedaan
individual ini perlu mendapat perhatian yang lebih banyak. Belajar hanya akan
terjadi dengan kegiatan anak itu sendiri. Ia
bukan bejana yang harus diisi oleh guru dengan berbagai pengetahuan.
Dalam
kenyatan masih kebanyakan proses pembelajaran dilakukan secara klasikal. Walaupun
diketahui bahwa ada perbedaan individual, bahan pelajaran masih uniform bagi
semua murid. Diharapkan dan dituntut dari setiap anak untuk belajar dengan
kecepatan yang sama. Walaupun diketahui bahwa kelas sebenarnya heterogen, guru
menganggap dan memperlakukan anak-anak seakan-akan kelas itu homogen. Oleh
sebab itu, banyak kegagalan dan frustasi yang dialami oleh anak-anak. Bagaimana
pengaruhnya terhadap pribadi anak dapat kita rasakan, yakni rasa enggan
belajar, benci terhadap pelajaran, merasa terpaksa ke sekolah, rasa rendah diri
dan berbagai efek negatif lainnya.
Dalam pembelajaran klasikal anak yang lambat dan yang
berbakat boleh dikatakan tidak mendapat perhatian yang selayaknya. Selain itu,
ternyata ciri-ciri kepribadian anak mempengaruhi hasil belajar dan kegiatan
anak belajar yang berkaitan dengan gaya mengajar oleh guru. Ada gaya mengajar
atau teaching style guru yang cocok
bagi anak tertentu akan tetapi kurang serasi bagi anak lain yang berbeda
pribadinya. Dengan demikian, sebenarnya metode mengajar harus mempertimbangkan
juga kepribadian murid. Dengan metode yang sama tidak semua murid memperoleh
manfaat yang sama.
Salah satu
usaha untuk mempertimbangkan perbedaan individual itu adalah pengajaran
berdasarkan sumber-sumber atau “resource
based learning”. Cara belajar serupa ini memberi kebebasan kepada anak
untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Menurut aliran
ini belajar pada hakekatnya adalah proses mental dan proses berikir dengan
memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal.
Belajar lebih dari sekadar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan,
tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui
keterampilan berpikir. Seperti yang dikemukakan di muka, aliran belajar
kognitif selanjutnya melahirkan berbagai teori belajar, seperti teori belajar
Gestalt, teori Medan, Teori Belajar Konstruktivistik. Menurut teori-teori
belajar yang beraliran kognitif, belajar pada hakekatnya bukan peristiwa
behavioral yang dapat diamati tetapi proses mental seorang untuk memaknai
lingkungannya sendiri. Proses mental itulah yang sebenarnya aspek yang sangat
penting dalam perilaku belajar. Koffka, misalnya, melalui teori teori belajar
Gestalt menjelaskan bahwa perubahan perilaku itu disebabkan oleh adanya insight daslam diri siswa, dengan
demikian tugas guru adalah menyediakan lingkungan yang dapat memungkinkan
setiap siswa dapat menangkap dan mengembangkan insight itu sendiri. Demikian juga dalam teori Medan yang
dikembangkan oleh Kurt Lewin, menekankan bahwa belajar itu pada dasarnya adalah
proses pengubahan struktur kognitif. Selanjutnya, Lewin juga menekankan akan
pentingnya hadiah dan kesuksesan sebagai faktor yang dapat meningkatkan
motivasi belajar setiap individu.
Teori
belajar yang mendasari SPI adalah teori belajar kontrukivistik. Teori belajar
ini dikembangkan oleh Piaget. Menurut Piaget, pengetahuan itu akan bermakna
manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Sejak kecil, menurut Piaget,
setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui
skema yang ada dalam struktur kognitifnya. Skema itu secara terus menerus
diperbaharui dan diubah melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan
demikian, tugas guru adalah mendorong siswa mengembangkan skema yang terbentuk
melalui proses asimilasi dan akomodasi itu.
Untuk
mengenali perilaku anak yang memiliki minat yang baik perlu dikenali tanda-tandanya.
Tanda-tanda anak memiliki minat belajar dapat dilihat melalui tingkah lakunya.
Tingkah laku tersebut adalah memperlihatkan perhatian yang sungguh-sungguh
terhadap pelajaran dan sesuatu yang berhubungan dengan pelajaran, selalu
menunjukkan kegembiraan apabila diminta untuk melakukan aktivitas belajar,
selalu mencari informasi melalui buku-buku yang berhubungan dengan pelajaran,
banyak memberikan pertanyaan yang sifatnya ingin tahu, banyak mengkomunikasikan
apa yang diketahuinya tentang pelajaran kepada orang lain, dan lain-lain.
2)
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Minat Belajar
Sebagaimana
telah dikemukakan sebelumnya, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar erhadap sesuatu. Menurut Robert (dalam Azhar Arsyad,
2005: 136) minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena
ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti:
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Berdasarkan hal ini
faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat diklasifikasikan, antara lain: a)
Kemampuan dasar siswa; b) strategi pembelajaran, dan c) lingkungan keluarga.
a) Kemampuan Dasar
Thorndike
(dalam Sagala, 2008: 37) menjelaskan bahwa belajar akan terjadi antara lain
apabila siswa memiliki kematangan, kesiapan belajar dan motivasi berperanan
penting dalam keberhasilan belajar. Kemampuan dasar yang dimaksud dalam hal ini
adalah bagaimana sikap siswa menyikapi minat belajar. Dalam belajar diperlukan
adanya pemahaman atai insight. Hilgara
(dalam Sagala, 2008: 50) menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi
belajar dengan pemahaman yaitu kemampuan dasar yang dimiliki siswa.
Berbicara
tentang kemampuan dasar juga tak lepas dari intelegensi siswa. Stern (dalam
Djamarah, 2000: 57) mengemukakan intelegensi merupakan daya untuk menyesuaikan
diri secara mudah dengan keadaan baru dengan menggunakan bahan-bahan pikiran yang ada menurut
tujuannya. Seseorang dikatakan intelegen, apabila orang yang bersangkutan
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cepat tanpa mengalami suatu
masalah. Ini berarti, seseorang yang sukar beradaptasi dan banyak mengalami
masalah dikatakan tidak intelegen. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan
kemampuan dasar yang dimiliki, siswa akan dengan mudah memiliki minat terhadap
apa yang dipelajari.
b) Strategi Pembelajaran
Kozna
(dalam Uno, 2008: 1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas
atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu. Di sisi lain, Dick dan Carey (dalam Uno, 2008: 1) menguraikan bahwa
strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan
prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang / atau digunakan guru dalam rangka
membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka
strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan-tahapan
belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi arau paket program
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Memperhatikan
pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran merupakan cara-ara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang
pengajar, untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan memudahkan peserta
didik termasuk dalam menimbulkan minat dalam menerima dan memahami materi
pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir
kegiatan belajar.
c) Lingkungan Keluarga
Keluarga
memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengem-bangkan pribadi siswa.
Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai
kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor
yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat
yang sehat.
Maslow
(dalam Jusuf, 2006: 37) mengemukakan keluarga merupakan lembaga yang dapat
memenuhi kebutuhan individu. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari
orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik
fisik-biologis maupun sosio-psikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa
aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan
tertingginya, yaitu perwujudan diri (self
actualization). Minat merupakan aspek psikologisnya yang pembentukannya
dimulai dari lingkungan keluarga. Untuk itu, diharapkan keluarga sebagai
lembaga pendidikan pertama dan utama banyak berperan dalam menimbulkan minat
sebagai faktor yang menentukan dalam keberhasilan belajar.
3)
Hakikat
Media Pembelajaran
Kata media berasal dari
bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata ‘medius’ yang secara harfiah berarti ‘perantara atau pengantar’.
Dalam bahasa Arab , media dalaha Perantara “Wasail”
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dengan demikian,
media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau pengatur pesan (Arsyad,
2005 : 3).
Media dapat dibagi juga menjadi media yang
didengar atau audio (audioasory),
media yang dapat dilihat (visual),
dan media yang dapat didengar dan dilihat (audio
visual). Sujana dan Rifai (dalam Arsyad, 2005 : 24) mengemukakan
manfaat media dalam pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :
1)
Pembelajaran
akan menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi pelajar.
2)
Bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa
dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3)
Metode
pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4)
Siswa
dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian
guru, tetapi juga aktisitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
a) Media Audio
Visual dalam Pembelajaran
Audio visual adalah media intruksional
modern yang sesuai dengan perkembangan zaman meliputi media yang dilihat dan
didengar.”(Rohani, dalam Juliantara : 2010)
Menurut Hermawan (Atoel, 2011) mengemukakan
bahwa “Media audio visual adalah media intruksional modern yang sesuai dengan
perkembangan zaman meliputi media yang dilihat dan didengar”.
Media audio visual merupakan
kombinasi antara media audio dan visual. Media audio visual adalah media yang
penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera
penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkan adalah gambar yang diam atau
sedikit memiliki unsure gerak. Dengan menggunakan media ini pembelajaran akan
semakan mantap dan optimal.
Karakteristik
media audio visual adalah memiliki unsur suara dan gambar. Jenis media ini
mempunyai kemampuan yang lebih baik karena memiliki kedua jenis media yang
pertama dan kedua yaitu media audio dan visual. (Miarso, dalam Atoel : 2011).
Djamarah,
S. B. dkk, (Juliantara, 2010) menyatakan bahwa swbagai alat bantu (media
pembelajaran) dalam pendidikan dan pengajaran, media audio visual memiliki
sifat sebagai berikut:
a.
Kemampuan untuk
meningkatkan prestasi
b.
Kemampuan untuk
meningkatkan pengertian
c.
Kemampuan untuk
meningkatkan transfer (pengalihan) belajar
d.
Kemampuan untuk
memberikan penguatan atau pengetahuan hasil yang dicapai
e.
Kemampuan untuk
meningkatkan retensi (ingatan)
Dengan
menggunakan media audio visual, pembelajaran akan memberikan pengalaman
langsung dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan untauk siswa.
b) Kelebihan
media audio visual
Menurut
Atoel, (2011) beberapa kelebihan dan kekurangan media audio visual pembelajaran
sama dengan pengajaran audio visual yaitu:
a.
Memperjelas
penyajian pesan agar tidak besifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata, lisan
atau tertulis belaka)
b.
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan alat indera, sepeti:
a.
Objek yang
terlalu besar digantikan dengan gambar, film, atau model
b.
Obyek yang kecil
dapat dibantu dengan proyektor micro, film atau gambar
c.
Kejadian atau
peristiwa pada masa lalu bisa ditampilkan lagi melalui film, video, maupun
foto.
c.
Media audio
visual bisa berperan dalam pembelajaran tutorial
Dari beberapa kelebihan media audio visual untuk
pembelajaran, maka sangat tepat sekali media audio visual digunakan dalam
pembelajaran. Selain dapat memvisualkan materi-materi yang bersifat abstrak
juga dapat membuat siswa merasakan pengalaman langsung dalam belajar.
4. Manfaat Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audio-Visual
pada Anak SD
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media
audio-visual dalam proses belajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa
pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu, dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman, menyajikan data yang menarik dan terpercaya, memudahkan
penafsiran data, dan memadatkan informasi. Menurut Yunus (1942 : 78) dalam
bukunya Attarbiyatu Watta‘Liim mengukapkan : (Azhar Arsyad, 2002 : 16)
bahwasannya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indra dan lebih
dapat menjamin pemahaman….orang yang mendengarkan saja tidak sama tingkat pemahamannya
dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang
melihat, atau melihat dan mendengarnya.
Lavie dan Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media
khususnya media visual yaitu sebagai berikut :
1. Fungsi Atensi
Fungsi atensi
media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan maksud visual
yang ditampilkan atau menyerupai texs materi pelajaran.
2. Fungsi Afektif
Fungsi afektif media visual dapat
terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca texs yang
bergambar. Gambar atau lambing dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
3. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual
mengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mengingat informasi pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi Konpensatoris
Fungsi konpensatoris media visual
yang memberikan konteks untuk memahami texs membantu siswa yang lemah dalam
membaca untuk mengorganisasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan texs atau disajikan dengan cara
verbal.
Menurut Nana Sudjana (1991)
mengemukakan nilai-nilai praktis media pembelajaran adalah :
1. Dengan media meletakkan dasar-dasar nyata untuk berfikir
karena itu dapat mengurangi ferbalisme.
2. Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan
belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.
3. Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa
untuk belajar.
4. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
6. Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya
kemampuan bahasa.
7. Meberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara
lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang
sempurna.
8. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat
lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujaun
pengajaran dengan baik.
9. Metode mengajar akan berfariasi, tidak semata-mata
komunikasi ferbal melalui penuturan kata-kata guru sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga.
10. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan, tetapi aktifitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemontrasikan.
Nilai-nilai
praktis media pembelajaran menurut Nana Sudjana (1991) adalah:
1. Meletakan dasar-dasar yang konkrit dari konsep yang abstrak
sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme.
2. Menampilkan objek yang terlalu besar yang memungkinkan
utnuk dibawa kedalam kelas, misalnya pasar, pabrik. Objek-objek tersebut cukup
ditampilkan melalui foto, film atau gambar.
3. Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat
gerakan yang terlalu lambat, misalnya gerakan mobil, pesawat, dll.
4. Keseragaman pengamatan dan persepsi pada siswa.
5. Membangkitkan motivasi siswa.
6. Dapat mengontrol dan mengatur waktu siswa.
7. Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lignkungan
(sumber belajar).
8. Bahan belajar dapat diulang sesuai kebutuhan atau disimpan
pada saat lain.
9. Memungkinkan untuk menampilkan objek yang langkah.
10. Menampilkan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang.
Penggunaan
media berupa Audio-visual, proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dapat
meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan proses
pencarian ilmu itu sendiri. Manfaat penggunaan media dalam pembelajaran,
terutama untuk anak SD sangat penting, karena pada masa ini siswa masih
berfikir konkret belum mampu berfikir abstrak. Kehadiran media sangat membantu
mereka dalam memahami konsep tertentu yang tidak atau kurang mampu dijelaskan
dengan bahasa. Ketidakmampuan guru menjelaskan sesuatu bahan dapat diwakili
oleh peranan media. Sehingga nilai praktek media terlihat yang bermanfaat bagi
siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
Nilai atau manfaat penggunaan media audio-visual :
Nilai atau manfaat penggunaan media audio-visual :
1. menambah kegiatan belajar murid
2. menghemat waktu belajar
3. membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajaran
4. memberikan situasi yang wajar untuk belajar dengan
membangkitkan minat, perhatian, aktivitas membaca sendiri dan turut serta dalam
bebbagai kegiatan sekolah peran guru lebih kearah positif dan produktif.
5. Guru tidak terlalu mengulang- ulang penjelasan dalam
pembelajaran
6. Mengurangi uraian verbal
7.
Guru
tidak lagi sebagai pengajar, tetapi sebagai konsultan, penasehat, manager
pembelajaran.
2.2
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
kerangka teoretik di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
“Jika digunakan media audio visual maka minat belajar pada materi penmggolongan hewan
dapat ditingkatkan”.
2.3
Indikator
Kinerja
Hasil
capaian yang menjadi acuan dalam menentukan keberhasilan dalam penelitian ini
yaitu jika sebagian besar ( 60% ) siswa
menunjukkan minat yang tinggi terhadap pembelajaran yang berlangsung khususnya
pembelajaran tentang penggolongan hewan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Latar dan Karakteristik Penelitian
Penelitian
ini di laksanakan di SDN 2 Botubilotahu yang terletak di Jln. Batu Pasang Desa
Botubilotahu Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato. Sekolah ini merupakan
satu-satunya sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) yang ada
di Kabupaten Pohuwato. Jumlah siswa di sekolah ini pada tahun ajaran 2012-2013
yakni 346 siswa yang terbagi dalam 12 rombongan belajar yakni masing-masing
kelas terbagi atas 2 bagian yakni kelas A dan B. Jumlah Guru di sekolah ini
sebanyak 23 orang, masing-masing 16 PNS dan 7 non PNS. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Oktober -Desember tahun 2012.
Subjek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas IV B tahun Pelajaran 2012-2013. Jumlah siswa di kelas
ini adalah 32
orang masing-masing 19
laki-laki dan 13
perempuan. Latar belakang sosial ekonomi di kelas ini adalah
sebagian besar ekonomi menengah. Hal ini disebabkan karena dari 28 orang siswa,
15 siswa diantaranya orang tuanya adalah Pegawai Negeri Sipil. Untuk siswa yang
lainnya (13 orang), ada yang orang tuannya pedagang besar, pedagang kecil,
petani, dan wiraswata. Lingkungan tempat tinggal siswa lebih banyak berasal
dari lingkungan pasar karena memang sekolah ini tidak terlalu jauh dari Pasar
Tradisional Kecamatan Marisa.Tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran khususnya
mata pelajaran IPA di kelas ini masih sekitar 50% belum menguasai konsep-konsep
dalam IPA oleh karena minat belajar yang kurang. Saat pelajaran IPA, banyak
siswa yang keluar masuk kelas dengan berbagai alasan, kurangnya perhaatian pada
pelajaran, masih banyak siswa yang datang terlambat ke sekolah, malas dalam
mengerjakan tugas PR, dan kesadaran untuk masuk sekolah masih sangat kurang.
3.2
Variabel
Penelitian
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
1) Variabel
Input (masukan)
Yang menjadi variabel input dalam penelitian ini adalah
minat belajar siswa, cara atau
metode guru menyampaikan pelajaran, penggunaan media pembelajaran oleh guru,
bahan pelajaran yang sesuai dengan tingkatan kelas, sumber pelajaran yang
menggunakan berbagai macam literatur, serta administrasi pembelajaran guru yang
meliputi kurikulum, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran.
2) Variabel
Proses
Yang
menjadi variabel proses dalam penelitian ini adalah :
a. Minat
siswa dalam belajar akan menjadi lebih besar sehingga mendorong peningkatan
hasil belajar.
b. Terdorongnya
motivasi belajar siswa untuk bertanya, menjawab berbagai pertanyaan dan
menyelesaikan tugas dari guru.
c. Penggunaan
media pembelajaran yang efektif dan merangsang timbulnya minat belajar siswa.
d. Penggunaan metode serta model pembelajaran yang sesuai
e. Pembelajaran
berlangsung dengan penuh gairah dan penuh rasa semangat.
3) Output
(hasil)
Yang menjadi hasil akhir yang diharapkan dalam penelitian
ini adalah meningkatnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran IPA
3.3
Prosedur
Penelitian
1) Tahap
Persiapan / Perencanaan
a. Mendiskusikan
secara cermat dengan pihak sekolah (Kepala Sekolah dan Guru terkait) tentang
rencana penelitian tindakan yang akan dilaksanakan.
b. Menetapkan cara apa yang akan
dilakukan dalam menanggulangi masalah yang terjadi pada proses pembelajaran
(tahap observasi). Adapun cara penanggulangan masalah yang akan dilakukan oleh
penelti adalah dengan menggunakan media audio visual.
c. Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Perencanaan
Implementasi Tindakan
Pada
tahap ini, peneliti merencanakan implementasi tindakan ke dalam bentuk skenario
sebagaimana yang telah dicantumkan pada tahap perencanaan. Skenario tersebut
diawali dengan guru membuka pelajaran dengan salam, doa, mengecek kehadiran
siswa dan memberikan motivasi belajar kepada siswa agar siswa semangat dalam
mengikuti pelajaran. Guru mengharapkan dengan adanya semangat belajar para
siswa dapat menerima pelajaran dengan baik. Materi pelajaran dimulai dengan
memberikan apersepsi yang berhubungan dengan materi. Apersepsi ini dilakukan
agar peserta didik mempunyai informasi awal tentang hal ikhwal dari pelajaran
yang akan disampaikan. Materi pelajaran disajikan dengan menggunakan salah satu
model pembelajaran (jigsaw) dengan dan diselingi dengan penjelasan materi
melalui media audio visual. Peserta didik dibagi perkelompok secara heterogen
dengan tujuan agar peserta didik dapat saling bekerja sama dengan anggota
kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dengan cara saling
beradu kecepatan antara kelompok yang ada. Dalam kegiatan ini, guru memberikan satu
tugas membahas materi masing-masing yang antara satu kelompok dengan kelompok
yang lain berbeda. Setelah itu akan dibentuk tim ahli yang merupakan perwakilan
masing-masing kelompok tugas dari kelompok ahli adalah menyatukan materi dari
masing-masing perwakilan kelompok. Setelah itu anggota kelompok tim ahli
kembali ke kelompok asalnya masing-masing. Kegiatan inti diakhiri dengan
pembacaan hasil oleh setiap kelompok di depan kelas dan dilanjutkan dengan
simpulan dari guru. Untuk kegiatan evaluasi, guru memberikan evaluasi tertulis
secara perorangan.
3) Pemantauan dan Evaluasi
Pada
proses pembelajaran, observer mengamati minat belajar siswa (lampiran 1) melalui
keaktifan siswa dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru. Guru pamong akan menilai guru dalam hal menyiapkan
pelajaran dan dalam proses pembelajaran. Hasil ini menjadi data pendukung dalam
pembelajaran pada tahap
berikutnya.
4) Tahap Analisis dan Refleksi
Pada
tahap ini semua data yang diperoleh dari hasil pemantauan dan evaluasi akan
dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan hasilnya dimanfaatkan
untuk merefleksi diri dari seluruh proses kegiatan yang akan menjadi poin utama
dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya. Kendala-kendala yang ditemukan pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga hasil pembelajaran ini tidak
berhasil yaitu :
a. Tidak
adanya media pelajaran yang menyebebkan peserta didik bosan dalam menerima
pelajaran
b. Pemanfaatan
waktu yang kurang baik oleh guru.
c. Banyak
siswa yang belum paham cara bekerja sama yang baik dalam kelompok.
d. Penggunaan model pembelajaran yang kurang
tepat.
3.4
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat diuraikan sebagai berikut :
a.
Angket : yang
memuat tentang kondisi-kondisi siswa yakni perhatian, relevansi, percaya diri,
dan kepuasan.
b.
Pedoman
wawancara : untuk mengetahui minat
belajar peserta didik.
c.
Pedoman
observasi : untuk mengamati indicator minat yang ditunjukkan oleh siswa yang
meliputi memperhatikan penjelasan guru, bersemangat dalam mengikuti pelajaran, memberikan
pertanyaa, menjawab pertanyaan, aktif dalam proses belajar (kerja kelompok).
3.5
Teknik Analisis Data
Pada
tahap ini, semua data yang diperoleh dari instrumen pengukuran minat belajar
siswa akan dianalisis dengan cara kuantitatif (banyaknya siswa yang memiliki
minat yang besar dalam mata pelajaran IPA).
Apabila sebagian besar (60%) siswa memiliki
minat belajar, maka penelitian telah berhasil.
Tetapi, apabila hasil yang ada
tidak sesuai dengan indikator kinerja maka akan dilaksanakan siklus yang selanjutnya.
0 comments:
Post a Comment