Saturday, February 6, 2016

PEMIKIRAN ARISTOTELES TENTANG FILSAFAT ILMU



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Manusia mulai berfilsafat ketika manusia itu sendiri mulai menyadari keberadaannya di dunia, yang dihadapakan pada berbagai kenyataan yang tidak dapat dipahaminya. Hal ini memberikan suatu tanda tanya dalam diri manusia itu sendiri, seperti kapan kehidupan di dunia ini dimulai? Adakah yang menciptakan dunia ini? Siapakah manusia? Bagaimana manusia dapat hidup? Dan masih masih banyak lagi pertanyaan yang sederhana tetapi tidak mudah untuk dijawab.
Filsafat merupakan ajaran yang mengajarkan tentang kesadaran, kemauan, dan kemampuan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhuk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup. Dengan belajar fisafat, bertujuan menjadikan manusia sebagai manusia yang susila. Orang yang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan orang yang bijaksana. Dalam rentang sejarah tidak sedikit manusia-manusia jenius mencoba menjelaskan persoalan-persoalan dunia seperti yang dikemukakan tadi. Pikiran mereka sering kali bertentangan, radikal, bahkan tidak masuk akal.
Pada zaman sekarang ini, banyak orang yang tidak mengenal tokoh-tokoh filosof Namun untuk tokoh filosof “Aristoteles”, telinga kita tidak asing lagi mendengar namanya. Ia adalah seorang filosof yang sangat terkenal karena tokoh filosof ini mampu menorehkan sejarah yang berharga dengan pengaruhnya yang sangat besar terhadap perkembangan pemikiran filosofis. Beliau juga terkenal sebagai Bapak “Logika”. Pemikiran filosofisnya dijadikan sebagai landasan berfikir. Pandangannya lebih realis dari pada pandangan plato, (abstrak). Hal ini disebabkan karena pendekatan yang dilakukan oleh Aristoteles adalah pendekatan Empiris. Itulah sebabnya ia begitu mementingkan penelitian dialam dan mendukung pengembangan ilmu-ilmu khusus.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimakah biografi Aristoteles ?
1.2.2        Apakah pengertian dari Filsafat ?
1.2.3        Bagaimanakah pandangan Aristoteles tentang Filsafat ?
1.2.4        Apa saja hasil pemikiran Aristoteles di berbagai bidang ilmu?
1.3  Tujuan
1.3.1        Agar kita mengetahui sejarah dan biografi dari Aristoteles
1.3.2        Untuk mengetahui pengertian Filsafat dari pandangan seorang Aristoteles maupun dari berbagai pandangan lainnya
1.3.3        Untuk mengetahui hasil maupun karya Aristoteles dalam berbagai bidang ilmu yang masih digunakan sampai sekarang


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Biografi Aristoteles
Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, Macedonia, 384 SM. Ayahnya seorang ahli fisika kenamaan. Pada umur tujuh belas tahun Aristoteles pergi ke Athena belajar di Akademi Plato. Dia menetap di sana selama dua puluh tahun hingga tak lama Plato meninggal dunia. Dari ayahnya, Aristoteles mungkin memperoleh dorongan minat di bidang biologi dan “pengetahuan praktis”. Di bawah asuhan Plato dia menanamkan minat dalam hal spekulasi filosofis.
Pada tahun 342 SM Aristoteles pulang kembali ke Macedonia, menjadi guru seorang anak raja umur tiga belas tahun yang kemudian dalam sejarah terkenal dengan Alexander Yang Agung. Aristoteles mendidik si Alexander muda dalam beberapa tahun. Di tahun 335 SM, sesudah Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles kembali ke Athena dan di situ dibukanya sekolahnya sendiri, Lyceum. Dia berada di Athena dua belas tahun, satu masa yang berbarengan dengan karier penaklukan militer Alexander. Alexander tidak minta nasehat kepada bekas gurunya, tetapi dia berbaik hati menyediakan dana buat Aristoteles untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan. Mungkin ini merupakan contoh pertama dalam sejarah seorang ilmuwan menerima jumlah dana besar dari pemerintah untuk maksud-maksud penyelidikan dan sekaligus merupakan yang terakhir dalam abad-abad berikutnya.
Walau begitu, pertaliannya dengan Alexander mengandung pelbagai bahaya. Aristoteles menolak secara prinsipil cara kediktatoran Alexander dan tatkala si penakluk Alexander menghukum mati sepupu Aristoteles dengan tuduhan menghianat, Alexander punya pikiran pula membunuh Aristoteles. Di satu pihak Aristoteles kelewat demokratis di mata Alexander, dia juga punya hubungan erat dengan Alexander dan dipercaya oleh orang-orang Athena. Tatkala Alexander mati tahun 323 SM golongan anti-Macedonia memegang tampuk kekuasaan di Athena dan Aristoteles pun didakwa kurang ajar kepada dewa. Aristoteles, teringat nasib yang menimpa Socrates 76 tahun sebelumnya, lari meninggalkan kota sambil berkata dia tidak akan diberi kesempatan kedua kali kepada orang-orang Athena berbuat dosa terhadap para filosof. Aristoteles meninggal di pembuangan beberapa bulan kemudian di tahun 322 SM pada umur enam puluh dua tahun.
Aristoteles dengan muridnya, AlexanderHasil murni karya Aristoteles jumlahnya mencengangkan. Empat puluh tujuh karyanya masih tetap bertahan. Daftar kuno mencatat tidak kurang dari seratus tujuh puluh buku hasil ciptaannya. Bahkan bukan sekedar banyaknya jumlah judul buku saja yang mengagumkan, melainkan luas daya jangkauan peradaban yang menjadi bahan renungannya juga tak kurang-kurang hebatnya. Kerja ilmiahnya betul-betul merupakan ensiklopedi ilmu untuk jamannya. Aristoteles menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi, physiologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba. Hasil karya ilmiahnya, merupakan, sebagiannya, kumpulan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari para asisten yang spesial digaji untuk menghimpun data-data untuknya, sedangkan sebagian lagi merupakan hasil dari serentetan pengamatannya sendiri.
Untuk menjadi seorang ahli paling jempolan dalam tiap cabang ilmu tentu kemustahilan yang ajaib dan tak ada duplikat seseorang di masa sesudahnya. Tetapi apa yang sudah dicapai oleh Aristoteles malah lebih dari itu. Dia filosof orisinal, dia penyumbang utama dalam tiap bidang penting falsafah spekulatif, dia menulis tentang etika dan metafisika, psikologi, ekonomi, teologi, politik, retorika, keindahan, pendidikan, puisi, adat-istiadat orang terbelakang dan konstitusi Athena. Salah satu proyek penyelidikannya adalah koleksi pelbagai negeri yang digunakannya untuk studi bandingan.
Mungkin sekali, yang paling penting dari sekian banyak hasil karyanya adalah penyelidikannya tentang teori logika, dan Aristoteles dipandang selaku pendiri cabang filosofi yang penting ini. Hal ini sebetulnya berkat sifat logis dari cara berfikir Aristoteles yang memungkinkannya mampu mempersembahkan begitu banyak bidang ilmu. Dia punya bakat mengatur cara berfikir, merumuskan kaidah dan jenis-jenisnya yang kemudian jadi dasar berpikir di banyak bidang ilmu pengetahuan. Aristoteles tak pernah kejeblos ke dalam rawa-rawa mistik ataupun ekstrim. Aristoteles senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-pendapat praktis. Sudah barang tentu, manusia namanya, dia juga berbuat kesalahan. Tetapi, sungguh menakjubkan sekali betapa sedikitnya kesalahan yang dia bikin dalam ensiklopedi yang begitu luas.
Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam. Di jaman dulu dan jaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris. Penulis-penulis Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat, buah pikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad-abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat. Ibnu Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka, mencoba merumuskan suatu perpaduan antara teologi Islam dengan rasionaliSMenya Aristoteles. Maimomides, pemikir paling terkemuka Yahudi abad tengah berhasil mencapai sintesa dengan YudaiSMe. Tetapi, hasil kerja paling gemilang dari perbuatan macam itu adalah Summa Theologia-nya cendikiawan Nasrani St. Thomas Aquinas. Di luar daftar ini masih sangat banyak kaum cerdik pandai abad tengah yang terpengaruh demikian dalamnya oleh pikiran Aristoteles.
Kekaguman orang kepada Aristoteles menjadi begitu melonjak di akhir abad tengah tatkala keadaan sudah mengarah pada penyembahan berhala. Dalam keadaan itu tulisan-tulisan Aristoteles lebih merupakan semacam bungkus intelek yang jitu tempat mempertanyakan problem lebih lanjut daripada semacam lampu penerang jalan. Aristoteles yang gemar meneliti dan memikirkan ihwal dirinya tak salah lagi kurang sepakat dengan sanjungan membabi buta dari generasi berikutnya terhadap tulisan-tulisannya.
Beberapa ide Aristoteles kelihatan reaksioner diukur dengan kacamata sekarang. Misalnya, dia mendukung perbudakan karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum alam. Dan dia percaya kerendahan martabat wanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini-tentu saja –mencerminkan pandangan yang berlaku pada jaman itu. Tetapi, tak kurang pula banyaknya buah pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya, misalnya kalimatnya, “Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dan kejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa yang sudah merenungi dalam-dalam seni memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium tergantung pada pendidikan anak-anak mudanya.” (Tentu saja, waktu itu belum ada sekolah seperti yang kita kenal sekarang).
Di abad-abad belakangan, pengaruh dan reputasi Aristoteles telah merosot bukan alang kepalang. Namun, saya pikir pengaruhnya sudah begitu menyerap dan berlangsung begitu lama sehingga saya menyesal tidak bisa menempatkannya lebih tinggi dari tingkat urutan seperti sekarang ini. Tingkat urutannya sekarang ini terutama akibat amat pentingnya ketiga belas orang yang mendahuluinya dalam urutan.
Ahli filsafat terbesar di dunia sepanjang zaman, bapak peradaban barat, bapak eksiklopedi, bapak ilmu pengetahuan, atau guru(nya) para ilmuwan adalah berbagai julukan yang diberikan pada ilmuan ini. Berbagai termuannya seperti logika yang diebut juga ilmu mantic yaitu pengethaun tentang cara berpikir dengan baik, benar, dan sehat, membaut namanya begitu dikenal oleh setiap orang di seluruh dunia yang pernah mengecap penididkan.
Pria yang lahir di Stagmirus, Macedonia. Pada tahun 384 SM. Inilah orang pertama di dunia yang dapat membuktikan bahwa bumi bulat. Pembuktian yang dilakukaknya dengan jalan meliaht gerhana. Sepuluh jenis kata yang dikenal orang saat ini seperti. Kata kerja, kata benda, kata sifat dan sebagainya merupakan pembagian kata hasil pemikirannya. Dia jugalah yang mengatakan bahwa manusia adalah mahluk social.
Ayahnya yang bernama Nicomachus, seorang dokter di sitana Amyntas III, raja Mecodinia, kakek Alexander Agung. Meninggal ketika Aristoteles berusia 15 tahun. Karennanya, ia kemudia dipelihara oleh proxenus, pamanya- saudara dari ayahnya, pada usia 17 tahun ia masuk akademi milik plato di Athena. Dari situlahia kemudian menjadi murid plato selama 20 tahun. Dengan meninggalnya plato pada tahun 347 SM. Aristoteles meninggalkan Athena dan mengembara selama 12 tahun. Dalam jenjang waktu itu ia mendirikan akademi di Assus dan menikah dengan Pythias yang tak lama kemudian meninggal. Ia lalu menikah lagi dengan Herpyllis yang kemudian melahirkan baginya seorang anak laki-laki yang ia beri nama Nicomachus seperti ayahnya. Pada tahu-tahun berikutnya ia juga mendirikan akademi di Mytilele. Saat itulah ia sempat jadi guru Alexander Agung selama 3 thun.
Di Lyceum, Athena pada tahuan 355 SM. Ia juga mendirikan semacam akademi. Di sinilah ia selama 12 tahun memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset dan eksperimen serta membuat catatan-catatn dengan tekun dan cermat. Pada tahun 323 SM Alexander Agung meninggal. Karena takut di bunuh orang yunani yang membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis. Tapi ajal emmang tak menganal tempat. Mau bersembunyi kemanapun, kalau ajal sudah tiba tidak ada yang bisa menolak. Demikian juga dengan tokoh ini, satu tahun setelah pelariannya ke kota itu, yaitu tepatnya pada tahun 322 SM, pada usia 62 tahun ia meninggal juga di kota tersebut, Chalcis Yunani.

2.2  Definisi Filsafat
Secara etimologi filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaituphilosophy (Inggris), philosophia (latin), philosophie (jerman, belanda, dan perancis). Dan ada pula yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah yang artinya Al-Hikmah. Akan tetapi , kata tersebut awalnya berasal dari bahasa Yunani philos yang artinya cinta, sedangkan sophia artinya kebijaksana. Oleh karena itu, filsafat dapat diartikan dengan cinta kebijaksanaan yang dalam bahasa arab diistilahkan dengan Al-Hikmah. Para ahli filsafat disebut dengan filosof, yakni orang yang mencintai atau mencari kebijaksanaan atau berpengetahuan benar. Filosof bukan orang yang bijaksana atau berpengetahuan benar, melainkan orang yang sedang belajar mencari kebenaran dan kebijaksanaan.
Aristoteles, murid Plato mengatakan, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu matafisika, logika, retorika, politik, sosial budaya dan estetika
2.3  Pandangan Aristoteles tentang Filsafat
Aristoteles sependapat dengan gurunya Plato, yaitu tujuan terakhir daripada filosofi adalah pengetahuan tentang wujud/adanya dan yang umum. Dia juga mempunyai keyakinan tentang kebenaran yang sebenarnya hanya dapat dicapai dengan jelas pengertian, bagaimana memikirkan adanya itu? Menurut Aristoteles adanya itu tidak dapat diketahui dari materi benda belaka, tidak pula dari pemikiran yang bersifat umum semata. Seperti pendapat Plato tentang adanya itu terletak dalam barang satu-satunya, selama barang tersebut ditentukan oleh yang umum. Pandangannya juga yang realis dari pandanganan Plato yang selalu didasarkan pada yang abstrak. Ini semua disebabkan dari pendidikannya diwaktu kecil yang senantiasa mengharapkan adanya bukti dan kenyataan. Ia terlebih dahulu memandang yang konkrit, bermula dari mengumpulkan fakta-fakta yang ada kemudian disusun menurut ragam dan jenis atau sifatnya dalam suatu sistem setelah itu ia meninjaunya kembali dan disangkutpautkan satu sama lain.
Bila orang-orang shopis banyak yang menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam metaphysics menyatakan abahwa manusia dapat mencapai kebenaran. Tuhan itu menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak berhubungan dengan (idak memperdulikan) alam ini. Ia bukan pesona, ia tidak memperhatikan doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai tuhan kita tidak usah mengharapkan ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi dan kita mencontoh ke sana untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita.
Pandangan filsafatnya tentang etika adalah bahwa etika adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan dan merupakan sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan. Etika dapat mendidik manusia supaya memiliki sikap ayang pantas dalam segala perbuatan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kebaikan terletak ditengah-tengah antara dua ujung yag paliang jauh. Contohnya pemberani adalah sifat baik yang terletak di antara pengecut dan nekad, dermawan terletak di antara kikir adan pemboros, renadah hati terletak diantara  berjiwa budi dan sombong, dan lain sebagainya. Orang harus pandai mengusai diri agar tidak terombang-ambing oleh hawa nafsu.
Namun, dalam pemahamannya selain dalam permasalahan etika ia juga menyinggung masalah  tentang nilai-nilai matematika, fisika, astronomi dan filsafat. Ia menyatakan bahwa putra-putri semu warga negara sebaiknya diajar sesuai dengan kemampuan mereka, sesuatu pandangan mereka yang sama dengan doktrin Plato tentang keberadaan individual, disiplin merupakan hal yang essensial untuk mengajarkan para apemuda daan kaum laki-laki muda untuk mematuhi perintah-perintah dan mengendalikan gerakan hati mereka.
Aristoteles seorang filusuf yang terbesar, memberikan definisi bahwa manusia itu adalah hewan yang berakal sehat yang mengeluarkan pendapatnya yang bebicara berdasarkan akal pikirannya. (the animal that reasons). Dia pun mengajukan rumusan lain yaitu manusia itu adalah hewan yang berpolitik (zoon politicion, political animal) hewan yang membangun masyarakat diatas family-family menjadi pengelompokkan yang impersonal dari opada kamapung dan negara. Ditambahnya pula bahwa manusia itu political karena dia memiliki bahasa. Hal ini membawa kepada kesimpulan bahwa semua hewan sosial (social animal) seperti lebah dan semut, mempunyai beberapa pengucapan  atau komunikasi. Akan tetapi Aristoteles selanjutnya menerangkan pula bahwa keadilan umpamanya tanpa idea-idea termaksud maka jenis masyarakat hewan sering mempunyai organisasi yang menarik perhatian dan prilaku para anggotanya tertib dalam pengertian garis-garis insting yang terbatas, akan tetapi kita tidak berpendapat bahwa hewan-hewan tersebut tidak menginsafi aturan-aturan dan mengubahnya dari waktauke waktu mereka tetap tidak pernah beruasaha memikirkan suatu cita keadilan.
2.4  Pemikiran Aristoteles tentang Filsafat
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis):
  • Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
  • Sokrates adalah manusa (premis minor)
  • maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike.  Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
Aristoteles juga mengemukakan pemikirannya tentang Negara dan Filsafat Politik. Demokrasi adalah bentuk sistem pemerintahan negara yang paling baik menurut Aristoteles. Sebaliknya, negara tirani adalah negara yang buruk karena dikedepankan oleh perintah satu orang dan semua orang harus mematuhinya.
Menurut Aristoteles, seorang warga negara boleh ikut terlibat dalam musyawarah dan judicial administration dalam negaranya. Secara umum negara dibangun atas banyak warga negara yang masing-masing bertujuan menyelenggarakan hidup, tetapi dalam prakteknya warga negara adalah orang yang memiliki kedua orang tua dari warga negara yang bersangkutan. Atas dasar warga negara yang memiliki hak untuk terlibat, maka Aristoteles menganggap bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan yang baik. Namun, demokrasi yang dimaksudkan oleh Aristoteles bukan demokrasi secara utuh, tetapi demokratis-moderat atau demokrasi dengan undang-undang dasar. Hak warga negara untuk terlibat dalam pemerintahan juga bukan sembarangan, melainkan hak warga negara golongan tengah, yaitu yang memiliki senjata dan yang telah biasa berperang.
Beberapa karya berupa buku yang pernah diterjemahkan oleh Aristoteles yaitu :
1.      Categoriae (al-Maqulat) berisi 10 macam predikat (keterangan). Buku ini diterjemahkan oleh Ibnu al-Muqaffa, kemudian diterjemahkan lagi oleh Isbah bin Hunein, kemudian diterjemahkan lagi oleh Yahya bin Adij dengan ulasan dari Iskandar Aprodisios. Al-Farabi menulis ulasan tentang Maqulat dan Ibnu Sina menulis tujuan Maqulat.
2.      Interpretatione (tafsiran-tafsiran) yang dalam dunia islam terkenal dengan nama Pro-Armenias, berisi keterangan tentang bahasa yaitu tentang proposisi dan bagian-bagiannya. Buku tersebut diterjemahkan oleh Ishaq bin Hunein dan juga al-Farabi.
3.      Analytica Priora (uraian pertama) yang membicarakan tentang qiyas (syllogis) diterjemahkan oleh al-Kindi, Abu Bisyr, Mattius, al-Farabi dan al-Jurjani.
Dikalangan Yunani buku-buku tersebut terkenal dengan nama Organoon, yang berarti akal, karena buku ini merupakan alat yang diperlukan dalam pembahasan dan dipakai untuk setiap ilmu, berisi aaturan-aturan berfikir yang menjamin kebenaran-kebenaran persoalan yang dibicarakan.
Buku-buku Aristoteles tentang fisika ada tiga:
1.      De Caelo (langit) yang diterjemahkan oleh Ibnu Petrik, kenmudian diberi ulasan oleh al-Farabi, Abu Hasim al-Jubbai juga mengulasnya dengan judul al-Mutassaffih. Disana ia banyak menentang pikiran-pikiran Aristoteles.
2.      Animalium (hewan) yang diterjemahkan oleh Nicolas Damascus, seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Zar’ah.
3.      Anima (jiwa) yang diterjemahkan oleh Ishak bin Hunein, Ibnu Sina, Qusta bin Luzas dan Imam Ar-Razi didasarkan atas pikiran-pikiran Aristoteles.
Buku etika Aristoteles yang diterjemahkan ke dalam bahas arab menurut pengarang buku Kaasyfud-Dhaunun ialah buku Ethica Nocomachaea dan dua uraian tentang etika. Pada galibnya buku berikut didasarkan atas ilmu etika.
1.      Al-Akhlak karangan al-Farabi sebagai ulasan terhadap buku Aristoteles.
2.       Al-Akhlak karangan Ibnu Maskawih.
3.      Akhlakus-Syech ar-rais dari Ibnu Sina.
Buku metafhysics yang pokok-pokok pembahasannya disusun menurut urutan abjad Yunani dimulai dari huruf A. Diantaranya isinya yang sampai kepada kaum Muslimin ada sebelas karangan sedangkan teks aslinya dalam bahasa Yunani berisi 14 karangan.
Sebagai gema dari buku tersebut. Timbullah buku-buku berikut:
1.      Al-Ibanah ‘An Gharadhi Aristoteles fi Kitabi ma ba’da at-Thabi’ah (penjelasan tentang maksud Aristoteles dalam buku metafisika) karangan al-Farabi.
2.      Buku tentang ilmu ketuhanan dan catatan atas buku huruf (buku metafisika dari aristoteles) keduanya juga karangan al-Farabi.
3.      Buku-buku sekitar matefisika karangan ar-Razi, seorang tabib.
Berikut ini adalah beberapa ajaran-ajaran dari Aristoteles, yaitu :
1.      Ajaran tentang logika
Menurut aristoteles, berpikir harus dilakukan dengan bertitik tolak pada pengertian-pengertian sesuatu benda.
2.      Ajaran tentang silogisme
Menurutnya, pengetahuan manusia hanya dapat dimunculkan dengan dua cara, yaitu induksi dan deduksi. Menurutnya, deduksi adaah proses berpikir yang bertolak pada dua kebenaran yang tidak diragukan lagi untuk mencapai kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga.Deduksi ini merupakan jalan yang baik untuk melahirkan pengetahuan baru. Berpikir deduksi yaitu silogisme, yang terdiri dari premis mayor dan premis minor,dan kesimpulan.
3.      Ajaran tentang pengelompokan ilmu pengetahuan
Ia mengelompokkan imu pengetahuan menjadi tiga golongan, yaitu:
§  Ilmu pengetahuan praktis(etika dan poitik)
§  Ilmu pengetahuan produktif(teknik dan kesehatan)
§  Ilmu pengetahuan teoritis(fisika,matematika,metafisika)
4.      Ajaran tentang Aktus dan Potensia
Mengenai dengan realitas yang ada, Aristoteles tidak sependapat dengan gurunya Plato yang menyatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide. Menurut aristoteles, keberadaan manusia bukan di dunia ide, tetapi mannusia berada yang satu per satu. Dengan demikian, realitas itu terdapat pada yang kongkret, yang bermacam-macam, yang berubah-ubah.itulah realitas yang sesungguhnya.
5.      Ajaran tentang pengenalan
Terdapat dua pengenalan, yaitu pengenalan indrawi dan rasional. Dengan pengenaan indrawi kita dapat memperoleh pengetahuan tentang bentuk benda(bukan materinya)dan hanya mengenal hal-hal yang kongkret. Sedangkan pengenaan rasional kita dapat memperoleh pengetahuan tentang hakikat dari suatu benda.
6.      Ajaran tentang etika
Menurut pendapatnya, tujuan tertinggi hidup manusia adalah kebahagiaan(eudaimonia). Kebahagiaan adalah suatu keadaan dimana segala sesuatu yang  termasuk dalam keadaan bahagia telah berada dalam diri manusia. Dan menurutnya juga, etika adalah sarana untuk  kebahagiaan. Sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan,etika dapat mendidik manusia supaya memiiki sikap yang pantas dalam segala perbuatan.
7.      Ajaran tentang Negara
Menurut aristoteeles, negara akan damai jika rakyatnya juga damai. Negara paing baik adalah negara dengan sistem demokrasi moderat, yaitu sistem demokrasi yang berdasarkan dengan Undang-Undang Dasar.
Pada pendapat aristoteles juga membagi logika dalam tiga bagian, yaitu mempertimbangkan, menarik kesimpulan, dan membuktikan atau menerangkan. Uraian tersebut berpegangan pada filsafat socrates yang menyatakan bahwa buah pikiran itu adalah gambaran dari keadaan yang objektif. Menurut aristoteles, realitas yang objektif tidak tertangkap dengan dengan pengertian, tetapi bertepatan dengan dasar dasar metafisika dan logika yang tinggi.
Dasar tersebut dibagi menjadi tiga yaitu :
Pertama, semua yang benar harus sesuai dengan adanya sendiri.tidak mungkin ada kebenaran kalu di dalamnya ada pertentangan, hal ini terkenal dengan hukum identika.
Kedua, dari dua pertanyaan tentang sesuatu, jika satu membenarkan dan yang lain menyalahkan, hanya satu yang benar. Hukum ini disebut juga penyangkalan (kontradikta). Menurut aristoteles yang paling penting dari segala prinsip.
Ketiga, antara dua pernyataan yang bertentangan mengiyakan dan meniadakan, tidak mungkin ada pernyataan yang ketiga. Dasar ini disebut hukum penyikiran yang ketiga. Pada hal ini aristoteles berpendapat bahwa ketiga hukum itu tidak saja berlaku bagi jalan pikiran, tetapi juga seluruh alam takluk kepadanya. Hal ini menunjukan bahwa membandingkan dan menarik kesimpulan harus mengutamakan yang umum.



BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus. Pandangan Aristoteles terbukti lebih realis dari pada gurunya, yaitu plato. Dimana ia lebih mendasarkan pada hal-hal yang konkret. ia bermula dengan mengumpulkan fakta-fakta yang kemudian fakta-fakta itu disusun menurut ragam dan jenis atau sifatnya dalam suatu sistem. Aristoteles juga terkenal sebagai bapak Logika, dimana logika tidak lain dari berfikir secara teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab dan akibat. Yang Pada dasarnya, berfikir adalah mempertalikan isi pikiran dalam hubungan yang tepat. Akan tetapi, Aristoteleslah yang pertama kali membentangkan cara berfikir yang teratur dari suatu sistem.



DAFTAR PUSTAKA

Losee, John. (2001). A Historical Introduction  to the Philosophy of Science, Fourth edition. New York:  Oxford University Press.

Hardiman, F. Budi. (2011). Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern (dari Machiavelli sampai Nietzsehe). Jakarta: Erlangga

Thursday, January 28, 2016

Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Materi Penggolongan Hewan Melalui Media Audio Visual


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
            Situasi pembelajaran yang efektif ditandai adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri siswa dan relatif besar sekali pengaruhnya terhadap perilaku belajar siswa. Siswa yang tidak memiliki minat belajar cenderung mengalami gangguan perilaku belajar yang pada akhirnya menyebabkan munculnya kesulitan-kesulitan belajar. Oleh karena itu minat dapat dianggap sebagai unsur pendorong yang sering kali menjadi alasan siswa untuk melakukan proses dan aktivitas belajar.
            Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi cenderung akan memiliki suasana batin yang kondosif dalam belajar. Aktifitas belajar siswa senantiasa dalam suasana kegembiraan, keikhlasan, semangat, perhatian dan rasa nyaman tanpa terbebani oleh adanya kesulitan yang harus dipahami dalam pelajaran. Siswa melakukan dan mengalami peristiwa belajar tanpa perasaan terpaksa ataupun terbebani (Mursal dalam Djamarah, 2000: 60)         
            Pembelajaran IPA di sekolah dasar menuntut perilaku belajar siswa yang aktif. Aktifitas belajar itu salah satunya dapat bersumber dari minat belajar siswa yang tinggi tentang IPA. Pembelajaran IPA di sekolah dasar terbagi atas dua jenjang yakni jenjang kelas rendah  dan jenjang kelas tinggi. Kelas rendah dilaksanakan dengan prinsip tematik sedangkan kelas tinggi dilaksanakan dengan prinsip pembelajaran terpadu. Perbedaan tematik lebih terfokus pada penanaman konsep IPA sedangkan pembelajaran terpadu lebih pada penerapan konsep-konsep IPA.            
            Keberhasilan proses pembelajaran IPA kelas tinggi ditentukan beberapa aspek, salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kebehasilan pencapaian kompetensi. Pencapaian kompetensi adalah upaya guru dalam menerapkan berbagai strategi dengan menggunakan berbagai media sehingga pembelajaran menjadi menarik dan bermakna bagi siswa. Salah satunya adalah mengoptimalkan berbagai sumber belajar yang tersedia dan atau menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
            Kemampuan guru dalam mendayagunakan media relatif bervarisasi dan pada umumnya ketidakmampuan guru merancang media yang tepat sering kali meniumbulkan masalah dalam proses pembelajaran IPA. Masalah itu antarlain karena pembelajaran didominasi oleh proses yang penyajian verbal. Guru masih bertindak satu-satunya sumber informasi di kelas. Kegiatan belajar masih berpusat pada guru, yaitu guru lebih banyak bercerita atau berceramah. Siswa masih lebih banyak pasif dan diam mendengarkan penjelasan guru. Interaksi pembelajaran antara guru dan siswa relative terbatas. Siswa tidak banyak aktif terlibat dalam proses pembelajaran, guru jarang atau bahkan tidak menggunakan media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi pasif dan kurang bermanfaat.
            Paradigma lama dimana orientasi belajar lebih berpusat pada guru harus mulai ditinggalkan dan diganti dengan orientasi belajar lebih berpusat pada siswa. Caranya adalah menjadikan guru sebagai fasilitator pembelajaran dengan mendayagunaakan berbagai media pembelajaran. Dengan menjadi fasilitator pembelajaran guru akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yamg aktif sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mengemukaan gagasan dan mempertanyakan dan juga mengemukakan gagasannya.
            Studi pendahuluan penulis terhadap proses pembelajaran IPA di Pohuwato khusunya di SDN 2 Botubilotahu menunjukkan bahwa pembelajaran IPA masih dominan dilaksanakan dengan cara yang verbal. Guru kurang menunjukkan susasana yang menungkinkan siswa belajar dengan baik, proses pembelajaran berlangsung pasif. Beberapa siswa memang tampak memperhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa yang menguap, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendirian tidak memperhatikan penjelasan guru.akibatnya hasil dari pembelajaran kurang maksimal. Gejala ini dikuatkan oleh data hasil UN dan ujia semester untuk 2 tahun berturur-turut yaitu rata-rata nilai UN mata pelajaran IPA tahun pelajaran 2010-2011 adalah 65.4 dan tahun pelajaran 2011-2012 adalah 68.2. Hasil ulangan semester jika di rata-ratakan untuk tahun pelajaran 2010-2011 adalah 62.7 dan pada tahun pelajaran 2011-2012 adalah 64.3.
            Mencermati uraian diatas, penulis berfikir bahwa banyak factor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa tersebut. Salah-satunya adalah minat belajar. Penilis menduga bahwa faktor minat belajar siswa merupakan faktor yang berperan besar dalam perolehan nilai hasil belajar siswwa . untuk meyakinkan dugaan penulis ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang menjelaskan apabila minat belajar siswa meningkat makan akan mempengaruhi hasil belajaranya. Untuk itu Perlu dilakukan penelitian tindakan kelas denga merancang strategi proses pembelajaran yang dapat membangkitkan minat  siswa. Salah satu cara yang dapat dilakuak adalah dengan menggunakan media berupa media audio visual (multimedia pembelajaran). Dipilihnya media audio visual karena dalam pembelajaran dibutuhkan sesuatu untuk membangkitkan siswa dalam belajar dan bukan hanya sekedar hanya menonton guru yang seddang berceramah didlam kelas.
            Didasarkan pada pemikiran pentingnya media audio visual dalam upaya membangkitkan minat siswa dalam belajar IPA, maka telah ndilakukan penelitian dengan judul : “Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Materi Penggolongan Hewan Melalui Media Audio Visual (Suatu Penelitian Tindakan kelas pada siswa kelas IV SDN 2 Botubilotahu Tahun Pelajaran 2012-2013)

1.2         Identifikasi Masalah
Dalam tahap ini peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang timbul dalam proses pembelajaran. Adapun maalah yang timbul lebih awal adalah guru kurang menunjukkan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Dari segi penampilan guru, mimik, gaya mengajar, sangat tidak tepat untuk mengembangkan minat peserta didik. Sebagian besar peserta didik memperlihatkan gejala-gejala kurang berminat untuk mengikuti pelajaran seperti tidak membawa alat tulis, tidak membawa buku pelajaran, banyak yang keluar masuk kelas, dan adapula yang tertidur dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Dari kegiatan pembelajaran, saat proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat pasif. Beberapa siswa memang tampak memperhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa yang menguap, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendirian tidak memperhatikan penjelasan guru. Selain itu juga banyak siswa yang mendapatkan nilai yang tidak tuntas, guru tidak menggunakan media pelajaran, bahkan guru hanya duduk dan memberikan catatan kepada siswa tanpa memberikan penjelasan.
1.3         Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka peneliti akan membatAasi masalah sesuai dengan masalah yang akan diteliti yakni rendahnya minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran khususnya pelajaran IPA. Peneliti mengambil masalah ini karena denagn adanya minat belajar yang tinggi, para siswa akan bisa melakukan dan mengikuti proses belajar dengan baik sehingga akan memperoleh hasil yang memuaskan. Dengan adanya minat maka motivasi belajarpun akan timbul dengan sendirinya seperti motivasi mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan dari guru ataupun menanyakan materi yang kurang dipahami kepada guru.
1.4         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah minat belajar pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Botubilotahu Kecamatan Marisa dapat ditingkatkan melalui media audio visual?”



1.5         Cara Pemecahan Masalah
            Cara pemecahan masalah yang dipilih untuk mengatasi masalah dalam meningkatkan minat belajar siswa pada materi penggolongan hewan adalah dengan menggunakan Media Audio Visual.
1.6         Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa pada materi penggolongan hewan siswa kelas IV SDN 2 Botubilotahu.
1.7  Manfaat Penelitian
                Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1)      Bagi siswa
Meningkatkan minat belajar siswa melalui media audio visual.
2)      Bagi guru
Diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi guru melaksanakan dan menggunakan media pembelajaran dalam mata pelajaran IPA yang sangat berpengaruh pada minat belajar siswa.
3)      Bagi sekolah
Hasil penelitian ini akan memberi manfaat bagi sekolah tempat meneliti, terutama meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran IPA di kelas IV.


BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1      Tinjauan Pustaka
1)      Hakikat Minat Belajar
            Istilah minat seringkali dihubungkan dengan motivasi, karena memang secara hierarki kedua istilah, yakni minat dan motivasi merupakan dua istilah yang berbeda, tetapi merupakan satu kesatuan. Motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diingginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat berminat terhadap sesuatu, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Dalam bahasa dapat dikatakan bahwa jika seseorang berminat terhadap sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, maka yang bersangkutan akan sangat termotivasi untuk memperoleh hal yang di-minatinya itu.
            Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan minat erat hubungannya dengan perasaan individu terhadap obyek, aktivitas, dan situasi. Selanjutnya minat pada dasarnya merupakan kecenderungan jiwa yang membantu terwujudnya tindakan, ungkapan dan reaksi seseorang yang dapat membangkitkan rasa senang. Minat menjadi penyebab dilakukannya sesuatu kegiatan atau tidak. Hal ini dikarenakan minat memagang peranan penting dan banyak mendasari perhatian dalam melakukan berbagai kegiatan dalam pembelajaran.
            Minat adalah suatu yang sangat penting bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas. Minat dikatakan sebagai unsur penting karena tanpa minat seseorang mungkin tidak akan melakukan suatu aktivitas. Begitu pun dalam belajar, seorang siswa mungkin tidak akan melakukan aktivitas belajar apabila ia tidak memiliki minat untuk belajar. Untuk dapat menguraikan tentang minat belajar perlu dijelaskan terlebih dahulu apa sesungguhnya yang dimaksud dengan minat.
            Sardiman (2007: 55) minat merupakan salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Slameto (2010: 182) mendefinisikan minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa berkaitan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Dikatakan semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
            Selanjutnya Skinner (1997: 337) menjelaskan minat sebagai dorongan yang menunjukkan perhatian individu terhadap objek yang menarik dan menyenangkan, apabila individu memperhatikan sesuatu objek yang menyenangkan, maka ia cenderung akan berusaha lebih aktif dengan obyek tersebut.
            Hal ini mengandung pengertian, bahwa minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Seseorang yang memiliki minat terhadap obyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap obyek tersebut. Dengan kata lain, bahwa minat seseorang tidak hanya mencerminkan perasaan positif yang menyebabkan orang tersebut melakukan sesuatu dengan senang, tetapi juga mencakup suatu pengetahuan tentang aktivitas dan adanya kemampuan untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Pada prinsipnya seseorang yang penuh minat belajar akan melakukan aktivitas belajar tanpa perasaan terpaksa, karena belajar menjadi suatu kebutuhan, hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh James (dalam Usman, 2001: 27) bahwa minat merupakan faktor yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.
            Ada yang mengemukakan bahwa menemukan sesuatu oleh murid memakan waktu yang lebih banyak. Yang dapat diajarkan dalam waktu 30 menit, mungkin memerlukan 4-5 jam dengan metode penemuan. Namun yang dipelajari dalam 4-5 jam itu, yakni merumuskan masalah, merencanakan cara memecahkannya, melakukan percobaan, membuat kesalahan, berpikir untuk mengatasinya, dan akhirnya menemukan penyelesaiannya tak ternilai harganya bagi cara belajar selanjutnya atas kemampuan sendiri.
            Eksplosi pengetahuan memerlukan cara belajar yang baru, demikian pula peranan yang baru bagi guru. Demikian pula yang menjadi persoalan ialah apa yang harus dipelajari. Pengetahuan yang berkembang dengan begitu cepat mengharuskan revisi kurikulum yang kontinu. Namun sukar diramalkan pengetahuan apakah yang berguna bagi anak di masa mendatang. Tetapi yang lebih penting ialah memupuk sikap dan teknik belajar, agar ia dapat terus belajar sepanjang hidupnya. Bahan atau isi pelajaran memegang peranan nomor dua dibandingkan dengan sikap dan metode belajar. Pendidikan tidak berhenti dengan berakhirnya masa belajar di sekolah.
            Jika dahulu diutamakan soal mengajar, maka akhir-akhir ini ditonjolkan soal belajar, setidaknya dalam teori. Selain itu, diketahui bahwa belajar akan lebih berhasil, bila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Diketahui pula bahwa setiap anak itu berbeda secara individual, bahwa perbedaan individual ini perlu mendapat perhatian yang lebih banyak. Belajar hanya akan terjadi dengan kegiatan anak itu sendiri. Ia  bukan bejana yang harus diisi oleh guru dengan berbagai pengetahuan.
            Dalam kenyatan masih kebanyakan proses pembelajaran dilakukan secara klasikal. Walaupun diketahui bahwa ada perbedaan individual, bahan pelajaran masih uniform bagi semua murid. Diharapkan dan dituntut dari setiap anak untuk belajar dengan kecepatan yang sama. Walaupun diketahui bahwa kelas sebenarnya heterogen, guru menganggap dan memperlakukan anak-anak seakan-akan kelas itu homogen. Oleh sebab itu, banyak kegagalan dan frustasi yang dialami oleh anak-anak. Bagaimana pengaruhnya terhadap pribadi anak dapat kita rasakan, yakni rasa enggan belajar, benci terhadap pelajaran, merasa terpaksa ke sekolah, rasa rendah diri dan berbagai efek negatif lainnya.
            Dalam pembelajaran klasikal anak yang lambat dan yang berbakat boleh dikatakan tidak mendapat perhatian yang selayaknya. Selain itu, ternyata ciri-ciri kepribadian anak mempengaruhi hasil belajar dan kegiatan anak belajar yang berkaitan dengan gaya mengajar oleh guru. Ada gaya mengajar atau teaching style guru yang cocok bagi anak tertentu akan tetapi kurang serasi bagi anak lain yang berbeda pribadinya. Dengan demikian, sebenarnya metode mengajar harus mempertimbangkan juga kepribadian murid. Dengan metode yang sama tidak semua murid memperoleh manfaat yang sama.
            Salah satu usaha untuk mempertimbangkan perbedaan individual itu adalah pengajaran berdasarkan sumber-sumber atau “resource based learning”. Cara belajar serupa ini memberi kebebasan kepada anak untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
            Menurut aliran ini belajar pada hakekatnya adalah proses mental dan proses berikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Belajar lebih dari sekadar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir. Seperti yang dikemukakan di muka, aliran belajar kognitif selanjutnya melahirkan berbagai teori belajar, seperti teori belajar Gestalt, teori Medan, Teori Belajar Konstruktivistik. Menurut teori-teori belajar yang beraliran kognitif, belajar pada hakekatnya bukan peristiwa behavioral yang dapat diamati tetapi proses mental seorang untuk memaknai lingkungannya sendiri. Proses mental itulah yang sebenarnya aspek yang sangat penting dalam perilaku belajar. Koffka, misalnya, melalui teori teori belajar Gestalt menjelaskan bahwa perubahan perilaku itu disebabkan oleh adanya insight daslam diri siswa, dengan demikian tugas guru adalah menyediakan lingkungan yang dapat memungkinkan setiap siswa dapat menangkap dan mengembangkan insight itu sendiri. Demikian juga dalam teori Medan yang dikembangkan oleh Kurt Lewin, menekankan bahwa belajar itu pada dasarnya adalah proses pengubahan struktur kognitif. Selanjutnya, Lewin juga menekankan akan pentingnya hadiah dan kesuksesan sebagai faktor yang dapat meningkatkan motivasi belajar setiap individu.
            Teori belajar yang mendasari SPI adalah teori belajar kontrukivistik. Teori belajar ini dikembangkan oleh Piaget. Menurut Piaget, pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Sejak kecil, menurut Piaget, setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. Skema itu secara terus menerus diperbaharui dan diubah melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian, tugas guru adalah mendorong siswa mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi itu.
            Untuk mengenali perilaku anak yang memiliki minat yang baik perlu dikenali tanda-tandanya. Tanda-tanda anak memiliki minat belajar dapat dilihat melalui tingkah lakunya. Tingkah laku tersebut adalah memperlihatkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap pelajaran dan sesuatu yang berhubungan dengan pelajaran, selalu menunjukkan kegembiraan apabila diminta untuk melakukan aktivitas belajar, selalu mencari informasi melalui buku-buku yang berhubungan dengan pelajaran, banyak memberikan pertanyaan yang sifatnya ingin tahu, banyak mengkomunikasikan apa yang diketahuinya tentang pelajaran kepada orang lain, dan lain-lain.

2)      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
            Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar erhadap sesuatu. Menurut Robert (dalam Azhar Arsyad, 2005: 136) minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Berdasarkan hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat diklasifikasikan, antara lain: a) Kemampuan dasar siswa; b) strategi pembelajaran, dan c) lingkungan keluarga.
a) Kemampuan Dasar
            Thorndike (dalam Sagala, 2008: 37) menjelaskan bahwa belajar akan terjadi antara lain apabila siswa memiliki kematangan, kesiapan belajar dan motivasi berperanan penting dalam keberhasilan belajar. Kemampuan dasar yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana sikap siswa menyikapi minat belajar. Dalam belajar diperlukan adanya pemahaman atai insight. Hilgara (dalam Sagala, 2008: 50) menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar dengan pemahaman yaitu kemampuan dasar yang dimiliki siswa.
            Berbicara tentang kemampuan dasar juga tak lepas dari intelegensi siswa. Stern (dalam Djamarah, 2000: 57) mengemukakan intelegensi merupakan daya untuk menyesuaikan diri secara mudah dengan keadaan baru dengan menggunakan  bahan-bahan pikiran yang ada menurut tujuannya. Seseorang dikatakan intelegen, apabila orang yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cepat tanpa mengalami suatu masalah. Ini berarti, seseorang yang sukar beradaptasi dan banyak mengalami masalah dikatakan tidak intelegen. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan kemampuan dasar yang dimiliki, siswa akan dengan mudah memiliki minat terhadap apa yang dipelajari.
b) Strategi Pembelajaran
            Kozna (dalam Uno, 2008: 1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. Di sisi lain, Dick dan Carey (dalam Uno, 2008: 1) menguraikan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang / atau digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan-tahapan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi arau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
            Memperhatikan pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-ara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar, untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik termasuk dalam menimbulkan minat dalam menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
c) Lingkungan Keluarga
            Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengem-bangkan pribadi siswa. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
            Maslow (dalam Jusuf, 2006: 37) mengemukakan keluarga merupakan lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan individu. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosio-psikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (self actualization). Minat merupakan aspek psikologisnya yang pembentukannya dimulai dari lingkungan keluarga. Untuk itu, diharapkan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama banyak berperan dalam menimbulkan minat sebagai faktor yang menentukan dalam keberhasilan belajar.
3)      Hakikat Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata ‘medius’ yang secara harfiah berarti ‘perantara atau pengantar’. Dalam bahasa Arab , media dalaha Perantara “Wasail” atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau pengatur pesan (Arsyad, 2005 : 3).
      Media dapat dibagi juga menjadi media yang didengar atau audio (audioasory), media yang dapat dilihat (visual), dan media yang dapat didengar dan dilihat (audio visual).  Sujana dan Rifai (dalam Arsyad, 2005 : 24) mengemukakan manfaat media dalam pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :
1)            Pembelajaran akan menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi pelajar.
2)            Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3)            Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4)            Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktisitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

a)      Media Audio Visual dalam Pembelajaran
     Audio visual adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman meliputi media yang dilihat dan didengar.”(Rohani, dalam Juliantara : 2010)
     Menurut Hermawan (Atoel, 2011) mengemukakan bahwa “Media audio visual adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman meliputi media yang dilihat dan didengar”.
                  Media audio visual merupakan kombinasi antara media audio dan visual. Media audio visual adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkan adalah gambar yang diam atau sedikit memiliki unsure gerak. Dengan menggunakan media ini pembelajaran akan semakan mantap dan optimal.
Karakteristik media audio visual adalah memiliki unsur suara dan gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena memiliki kedua jenis media yang pertama dan kedua yaitu media audio dan visual. (Miarso, dalam Atoel : 2011).
Djamarah, S. B. dkk, (Juliantara, 2010) menyatakan bahwa swbagai alat bantu (media pembelajaran) dalam pendidikan dan pengajaran, media audio visual memiliki sifat sebagai berikut:
a.       Kemampuan untuk meningkatkan prestasi
b.      Kemampuan untuk meningkatkan pengertian
c.       Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar
d.      Kemampuan untuk memberikan penguatan atau pengetahuan hasil yang dicapai
e.       Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan)
Dengan menggunakan media audio visual, pembelajaran akan memberikan pengalaman langsung dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan untauk siswa.
b)     Kelebihan media audio visual
                  Menurut Atoel, (2011) beberapa kelebihan dan kekurangan media audio visual pembelajaran sama dengan pengajaran audio visual yaitu:
a.       Memperjelas penyajian pesan agar tidak besifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata, lisan atau tertulis belaka)
b.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan alat indera, sepeti:
a.       Objek yang terlalu besar digantikan dengan gambar, film, atau model
b.      Obyek yang kecil dapat dibantu dengan proyektor micro, film atau gambar
c.       Kejadian atau peristiwa pada masa lalu bisa ditampilkan lagi melalui film, video, maupun foto.
c.       Media audio visual bisa berperan dalam pembelajaran tutorial
Dari beberapa kelebihan media audio visual untuk pembelajaran, maka sangat tepat sekali media audio visual digunakan dalam pembelajaran. Selain dapat memvisualkan materi-materi yang bersifat abstrak juga dapat membuat siswa merasakan pengalaman langsung dalam belajar.


4. Manfaat Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audio-Visual pada Anak SD
            Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media audio-visual dalam proses belajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu, dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data yang menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Menurut Yunus (1942 : 78) dalam bukunya Attarbiyatu Watta‘Liim mengukapkan : (Azhar Arsyad, 2002 : 16) bahwasannya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indra dan lebih dapat menjamin pemahaman….orang yang mendengarkan saja tidak sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarnya.
            Lavie dan Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media khususnya media visual yaitu sebagai berikut :
1.      Fungsi Atensi
            Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan maksud visual yang ditampilkan atau menyerupai texs materi pelajaran.
2.      Fungsi Afektif
           Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca texs yang bergambar. Gambar atau lambing dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
3.      Fungsi Kognitif
           Fungsi kognitif media visual mengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi pesan yang terkandung dalam gambar.
4.      Fungsi Konpensatoris
           Fungsi konpensatoris media visual yang memberikan konteks untuk memahami texs membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan texs atau disajikan dengan cara verbal.

            Menurut Nana Sudjana (1991) mengemukakan nilai-nilai praktis media pembelajaran adalah :
1.      Dengan media meletakkan dasar-dasar nyata untuk berfikir karena itu dapat mengurangi ferbalisme.
2.      Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.
3.      Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.
4.      Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
5.      Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
6.      Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan bahasa.
7.      Meberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang sempurna.
8.      Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujaun pengajaran dengan baik.
9.      Metode mengajar akan berfariasi, tidak semata-mata komunikasi ferbal melalui penuturan kata-kata guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.
10.  Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan, tetapi aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan.

            Nilai-nilai praktis media pembelajaran menurut Nana Sudjana (1991) adalah:
1.      Meletakan dasar-dasar yang konkrit dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme.
2.      Menampilkan objek yang terlalu besar yang memungkinkan utnuk dibawa kedalam kelas, misalnya pasar, pabrik. Objek-objek tersebut cukup ditampilkan melalui foto, film atau gambar.
3.      Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat gerakan yang terlalu lambat, misalnya gerakan mobil, pesawat, dll.
4.      Keseragaman pengamatan dan persepsi pada siswa.
5.      Membangkitkan motivasi siswa.
6.      Dapat mengontrol dan mengatur waktu siswa.
7.      Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lignkungan (sumber belajar).
8.      Bahan belajar dapat diulang sesuai kebutuhan atau disimpan pada saat lain.
9.      Memungkinkan untuk menampilkan objek yang langkah.
10.  Menampilkan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang.





            Penggunaan media berupa Audio-visual, proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan proses pencarian ilmu itu sendiri. Manfaat penggunaan media dalam pembelajaran, terutama untuk anak SD sangat penting, karena pada masa ini siswa masih berfikir konkret belum mampu berfikir abstrak. Kehadiran media sangat membantu mereka dalam memahami konsep tertentu yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa. Ketidakmampuan guru menjelaskan sesuatu bahan dapat diwakili oleh peranan media. Sehingga nilai praktek media terlihat yang bermanfaat bagi siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
Nilai atau manfaat penggunaan media audio-visual :
1.      menambah kegiatan belajar murid
2.      menghemat waktu belajar
3.      membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajaran
4.      memberikan situasi yang wajar untuk belajar dengan membangkitkan minat, perhatian, aktivitas membaca sendiri dan turut serta dalam bebbagai kegiatan sekolah peran guru lebih kearah positif dan produktif.
5.      Guru tidak terlalu mengulang- ulang penjelasan dalam pembelajaran
6.      Mengurangi uraian verbal
7.        Guru tidak lagi sebagai pengajar, tetapi sebagai konsultan, penasehat, manager pembelajaran.
2.2      Hipotesis Tindakan
            Berdasarkan kerangka teoretik di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Jika digunakan media audio visual maka minat belajar pada materi penmggolongan hewan dapat ditingkatkan”.
2.3      Indikator Kinerja
            Hasil capaian yang menjadi acuan dalam menentukan keberhasilan dalam penelitian ini yaitu jika sebagian besar ( 60% ) siswa menunjukkan minat yang tinggi terhadap pembelajaran yang berlangsung khususnya pembelajaran tentang penggolongan hewan







BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Latar dan Karakteristik Penelitian
            Penelitian ini di laksanakan di SDN 2 Botubilotahu yang terletak di Jln. Batu Pasang Desa Botubilotahu Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato. Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) yang ada di Kabupaten Pohuwato. Jumlah siswa di sekolah ini pada tahun ajaran 2012-2013 yakni 346 siswa yang terbagi dalam 12 rombongan belajar yakni masing-masing kelas terbagi atas 2 bagian yakni kelas A dan B. Jumlah Guru di sekolah ini sebanyak 23 orang, masing-masing 16 PNS dan 7 non PNS. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober -Desember tahun 2012.
            Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV B tahun Pelajaran 2012-2013. Jumlah siswa di kelas ini adalah 32 orang masing-masing 19 laki-laki dan 13 perempuan. Latar belakang sosial ekonomi di kelas ini adalah sebagian besar ekonomi menengah. Hal ini disebabkan karena dari 28 orang siswa, 15 siswa diantaranya orang tuanya adalah Pegawai Negeri Sipil. Untuk siswa yang lainnya (13 orang), ada yang orang tuannya pedagang besar, pedagang kecil, petani, dan wiraswata. Lingkungan tempat tinggal siswa lebih banyak berasal dari lingkungan pasar karena memang sekolah ini tidak terlalu jauh dari Pasar Tradisional Kecamatan Marisa.Tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran khususnya mata pelajaran IPA di kelas ini masih sekitar 50% belum menguasai konsep-konsep dalam IPA oleh karena minat belajar yang kurang. Saat pelajaran IPA, banyak siswa yang keluar masuk kelas dengan berbagai alasan, kurangnya perhaatian pada pelajaran, masih banyak siswa yang datang terlambat ke sekolah, malas dalam mengerjakan tugas PR, dan kesadaran untuk masuk sekolah masih sangat kurang.

3.2  Variabel Penelitian
      Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1)      Variabel Input (masukan)
            Yang menjadi variabel input dalam penelitian ini adalah minat belajar siswa, cara atau metode guru menyampaikan pelajaran, penggunaan media pembelajaran oleh guru, bahan pelajaran yang sesuai dengan tingkatan kelas, sumber pelajaran yang menggunakan berbagai macam literatur, serta administrasi pembelajaran guru yang meliputi kurikulum, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
2)      Variabel Proses
Yang menjadi variabel proses dalam penelitian ini adalah :
a.       Minat siswa dalam belajar akan menjadi lebih besar sehingga mendorong peningkatan hasil belajar.
b.      Terdorongnya motivasi belajar siswa untuk bertanya, menjawab berbagai pertanyaan dan menyelesaikan tugas dari guru.
c.       Penggunaan media pembelajaran yang efektif dan merangsang timbulnya minat belajar siswa.
d.      Penggunaan metode serta model pembelajaran yang sesuai
e.       Pembelajaran berlangsung dengan penuh gairah dan penuh rasa semangat.
3)      Output (hasil)
            Yang menjadi hasil akhir yang diharapkan dalam penelitian ini adalah meningkatnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran IPA
3.3   Prosedur Penelitian
1)      Tahap Persiapan / Perencanaan
a.       Mendiskusikan secara cermat dengan pihak sekolah (Kepala Sekolah dan Guru terkait) tentang rencana penelitian tindakan yang akan dilaksanakan.
b.      Menetapkan cara apa yang akan dilakukan dalam menanggulangi masalah yang terjadi pada proses pembelajaran (tahap observasi). Adapun cara penanggulangan masalah yang akan dilakukan oleh penelti adalah dengan menggunakan media audio visual.
c.       Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2)    Perencanaan Implementasi Tindakan
            Pada tahap ini, peneliti merencanakan implementasi tindakan ke dalam bentuk skenario sebagaimana yang telah dicantumkan pada tahap perencanaan. Skenario tersebut diawali dengan guru membuka pelajaran dengan salam, doa, mengecek kehadiran siswa dan memberikan motivasi belajar kepada siswa agar siswa semangat dalam mengikuti pelajaran. Guru mengharapkan dengan adanya semangat belajar para siswa dapat menerima pelajaran dengan baik. Materi pelajaran dimulai dengan memberikan apersepsi yang berhubungan dengan materi. Apersepsi ini dilakukan agar peserta didik mempunyai informasi awal tentang hal ikhwal dari pelajaran yang akan disampaikan. Materi pelajaran disajikan dengan menggunakan salah satu model pembelajaran (jigsaw) dengan dan diselingi dengan penjelasan materi melalui media audio visual. Peserta didik dibagi perkelompok secara heterogen dengan tujuan agar peserta didik dapat saling bekerja sama dengan anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dengan cara saling beradu kecepatan antara kelompok yang ada. Dalam kegiatan ini, guru memberikan satu tugas membahas materi masing-masing yang antara satu kelompok dengan kelompok yang lain berbeda. Setelah itu akan dibentuk tim ahli yang merupakan perwakilan masing-masing kelompok tugas dari kelompok ahli adalah menyatukan materi dari masing-masing perwakilan kelompok. Setelah itu anggota kelompok tim ahli kembali ke kelompok asalnya masing-masing. Kegiatan inti diakhiri dengan pembacaan hasil oleh setiap kelompok di depan kelas dan dilanjutkan dengan simpulan dari guru. Untuk kegiatan evaluasi, guru memberikan evaluasi tertulis secara perorangan.
3)      Pemantauan dan Evaluasi
            Pada proses pembelajaran, observer mengamati minat belajar siswa (lampiran 1) melalui keaktifan siswa dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru. Guru pamong akan menilai guru dalam hal menyiapkan pelajaran dan dalam proses pembelajaran.  Hasil ini menjadi data pendukung dalam pembelajaran pada tahap berikutnya.
4)       Tahap Analisis dan Refleksi
            Pada tahap ini semua data yang diperoleh dari hasil pemantauan dan evaluasi akan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan hasilnya dimanfaatkan untuk merefleksi diri dari seluruh proses kegiatan yang akan menjadi poin utama dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya. Kendala-kendala yang ditemukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga hasil pembelajaran ini tidak berhasil yaitu :
a.       Tidak adanya media pelajaran yang menyebebkan peserta didik bosan dalam menerima pelajaran
b.      Pemanfaatan waktu yang kurang baik oleh guru.
c.       Banyak siswa yang belum paham cara bekerja sama yang baik dalam kelompok.
d.       Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat.
3.4  Teknik Pengumpulan Data
      Teknik pengumpulan data dapat diuraikan sebagai berikut :
a.       Angket : yang memuat tentang kondisi-kondisi siswa yakni perhatian, relevansi, percaya diri, dan kepuasan.
b.      Pedoman wawancara :  untuk mengetahui minat belajar peserta didik.
c.       Pedoman observasi : untuk mengamati indicator minat yang ditunjukkan oleh siswa yang meliputi memperhatikan penjelasan guru, bersemangat dalam mengikuti pelajaran, memberikan pertanyaa, menjawab pertanyaan, aktif dalam proses belajar (kerja kelompok).
3.5  Teknik Analisis Data
      Pada tahap ini, semua data yang diperoleh dari instrumen pengukuran minat belajar siswa akan dianalisis dengan cara kuantitatif (banyaknya siswa yang memiliki minat yang besar dalam mata pelajaran IPA). Apabila sebagian besar (60%) siswa  memiliki minat belajar, maka penelitian telah berhasil. Tetapi, apabila hasil yang ada tidak sesuai dengan indikator kinerja maka akan dilaksanakan siklus yang selanjutnya.