Thursday, January 28, 2016

Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Materi Penggolongan Hewan Melalui Media Audio Visual


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
            Situasi pembelajaran yang efektif ditandai adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri siswa dan relatif besar sekali pengaruhnya terhadap perilaku belajar siswa. Siswa yang tidak memiliki minat belajar cenderung mengalami gangguan perilaku belajar yang pada akhirnya menyebabkan munculnya kesulitan-kesulitan belajar. Oleh karena itu minat dapat dianggap sebagai unsur pendorong yang sering kali menjadi alasan siswa untuk melakukan proses dan aktivitas belajar.
            Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi cenderung akan memiliki suasana batin yang kondosif dalam belajar. Aktifitas belajar siswa senantiasa dalam suasana kegembiraan, keikhlasan, semangat, perhatian dan rasa nyaman tanpa terbebani oleh adanya kesulitan yang harus dipahami dalam pelajaran. Siswa melakukan dan mengalami peristiwa belajar tanpa perasaan terpaksa ataupun terbebani (Mursal dalam Djamarah, 2000: 60)         
            Pembelajaran IPA di sekolah dasar menuntut perilaku belajar siswa yang aktif. Aktifitas belajar itu salah satunya dapat bersumber dari minat belajar siswa yang tinggi tentang IPA. Pembelajaran IPA di sekolah dasar terbagi atas dua jenjang yakni jenjang kelas rendah  dan jenjang kelas tinggi. Kelas rendah dilaksanakan dengan prinsip tematik sedangkan kelas tinggi dilaksanakan dengan prinsip pembelajaran terpadu. Perbedaan tematik lebih terfokus pada penanaman konsep IPA sedangkan pembelajaran terpadu lebih pada penerapan konsep-konsep IPA.            
            Keberhasilan proses pembelajaran IPA kelas tinggi ditentukan beberapa aspek, salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kebehasilan pencapaian kompetensi. Pencapaian kompetensi adalah upaya guru dalam menerapkan berbagai strategi dengan menggunakan berbagai media sehingga pembelajaran menjadi menarik dan bermakna bagi siswa. Salah satunya adalah mengoptimalkan berbagai sumber belajar yang tersedia dan atau menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
            Kemampuan guru dalam mendayagunakan media relatif bervarisasi dan pada umumnya ketidakmampuan guru merancang media yang tepat sering kali meniumbulkan masalah dalam proses pembelajaran IPA. Masalah itu antarlain karena pembelajaran didominasi oleh proses yang penyajian verbal. Guru masih bertindak satu-satunya sumber informasi di kelas. Kegiatan belajar masih berpusat pada guru, yaitu guru lebih banyak bercerita atau berceramah. Siswa masih lebih banyak pasif dan diam mendengarkan penjelasan guru. Interaksi pembelajaran antara guru dan siswa relative terbatas. Siswa tidak banyak aktif terlibat dalam proses pembelajaran, guru jarang atau bahkan tidak menggunakan media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi pasif dan kurang bermanfaat.
            Paradigma lama dimana orientasi belajar lebih berpusat pada guru harus mulai ditinggalkan dan diganti dengan orientasi belajar lebih berpusat pada siswa. Caranya adalah menjadikan guru sebagai fasilitator pembelajaran dengan mendayagunaakan berbagai media pembelajaran. Dengan menjadi fasilitator pembelajaran guru akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yamg aktif sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mengemukaan gagasan dan mempertanyakan dan juga mengemukakan gagasannya.
            Studi pendahuluan penulis terhadap proses pembelajaran IPA di Pohuwato khusunya di SDN 2 Botubilotahu menunjukkan bahwa pembelajaran IPA masih dominan dilaksanakan dengan cara yang verbal. Guru kurang menunjukkan susasana yang menungkinkan siswa belajar dengan baik, proses pembelajaran berlangsung pasif. Beberapa siswa memang tampak memperhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa yang menguap, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendirian tidak memperhatikan penjelasan guru.akibatnya hasil dari pembelajaran kurang maksimal. Gejala ini dikuatkan oleh data hasil UN dan ujia semester untuk 2 tahun berturur-turut yaitu rata-rata nilai UN mata pelajaran IPA tahun pelajaran 2010-2011 adalah 65.4 dan tahun pelajaran 2011-2012 adalah 68.2. Hasil ulangan semester jika di rata-ratakan untuk tahun pelajaran 2010-2011 adalah 62.7 dan pada tahun pelajaran 2011-2012 adalah 64.3.
            Mencermati uraian diatas, penulis berfikir bahwa banyak factor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa tersebut. Salah-satunya adalah minat belajar. Penilis menduga bahwa faktor minat belajar siswa merupakan faktor yang berperan besar dalam perolehan nilai hasil belajar siswwa . untuk meyakinkan dugaan penulis ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang menjelaskan apabila minat belajar siswa meningkat makan akan mempengaruhi hasil belajaranya. Untuk itu Perlu dilakukan penelitian tindakan kelas denga merancang strategi proses pembelajaran yang dapat membangkitkan minat  siswa. Salah satu cara yang dapat dilakuak adalah dengan menggunakan media berupa media audio visual (multimedia pembelajaran). Dipilihnya media audio visual karena dalam pembelajaran dibutuhkan sesuatu untuk membangkitkan siswa dalam belajar dan bukan hanya sekedar hanya menonton guru yang seddang berceramah didlam kelas.
            Didasarkan pada pemikiran pentingnya media audio visual dalam upaya membangkitkan minat siswa dalam belajar IPA, maka telah ndilakukan penelitian dengan judul : “Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Materi Penggolongan Hewan Melalui Media Audio Visual (Suatu Penelitian Tindakan kelas pada siswa kelas IV SDN 2 Botubilotahu Tahun Pelajaran 2012-2013)

1.2         Identifikasi Masalah
Dalam tahap ini peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang timbul dalam proses pembelajaran. Adapun maalah yang timbul lebih awal adalah guru kurang menunjukkan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Dari segi penampilan guru, mimik, gaya mengajar, sangat tidak tepat untuk mengembangkan minat peserta didik. Sebagian besar peserta didik memperlihatkan gejala-gejala kurang berminat untuk mengikuti pelajaran seperti tidak membawa alat tulis, tidak membawa buku pelajaran, banyak yang keluar masuk kelas, dan adapula yang tertidur dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Dari kegiatan pembelajaran, saat proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat pasif. Beberapa siswa memang tampak memperhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa yang menguap, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendirian tidak memperhatikan penjelasan guru. Selain itu juga banyak siswa yang mendapatkan nilai yang tidak tuntas, guru tidak menggunakan media pelajaran, bahkan guru hanya duduk dan memberikan catatan kepada siswa tanpa memberikan penjelasan.
1.3         Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka peneliti akan membatAasi masalah sesuai dengan masalah yang akan diteliti yakni rendahnya minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran khususnya pelajaran IPA. Peneliti mengambil masalah ini karena denagn adanya minat belajar yang tinggi, para siswa akan bisa melakukan dan mengikuti proses belajar dengan baik sehingga akan memperoleh hasil yang memuaskan. Dengan adanya minat maka motivasi belajarpun akan timbul dengan sendirinya seperti motivasi mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan dari guru ataupun menanyakan materi yang kurang dipahami kepada guru.
1.4         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah minat belajar pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Botubilotahu Kecamatan Marisa dapat ditingkatkan melalui media audio visual?”



1.5         Cara Pemecahan Masalah
            Cara pemecahan masalah yang dipilih untuk mengatasi masalah dalam meningkatkan minat belajar siswa pada materi penggolongan hewan adalah dengan menggunakan Media Audio Visual.
1.6         Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa pada materi penggolongan hewan siswa kelas IV SDN 2 Botubilotahu.
1.7  Manfaat Penelitian
                Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1)      Bagi siswa
Meningkatkan minat belajar siswa melalui media audio visual.
2)      Bagi guru
Diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi guru melaksanakan dan menggunakan media pembelajaran dalam mata pelajaran IPA yang sangat berpengaruh pada minat belajar siswa.
3)      Bagi sekolah
Hasil penelitian ini akan memberi manfaat bagi sekolah tempat meneliti, terutama meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran IPA di kelas IV.


BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1      Tinjauan Pustaka
1)      Hakikat Minat Belajar
            Istilah minat seringkali dihubungkan dengan motivasi, karena memang secara hierarki kedua istilah, yakni minat dan motivasi merupakan dua istilah yang berbeda, tetapi merupakan satu kesatuan. Motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diingginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat berminat terhadap sesuatu, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Dalam bahasa dapat dikatakan bahwa jika seseorang berminat terhadap sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, maka yang bersangkutan akan sangat termotivasi untuk memperoleh hal yang di-minatinya itu.
            Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan minat erat hubungannya dengan perasaan individu terhadap obyek, aktivitas, dan situasi. Selanjutnya minat pada dasarnya merupakan kecenderungan jiwa yang membantu terwujudnya tindakan, ungkapan dan reaksi seseorang yang dapat membangkitkan rasa senang. Minat menjadi penyebab dilakukannya sesuatu kegiatan atau tidak. Hal ini dikarenakan minat memagang peranan penting dan banyak mendasari perhatian dalam melakukan berbagai kegiatan dalam pembelajaran.
            Minat adalah suatu yang sangat penting bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas. Minat dikatakan sebagai unsur penting karena tanpa minat seseorang mungkin tidak akan melakukan suatu aktivitas. Begitu pun dalam belajar, seorang siswa mungkin tidak akan melakukan aktivitas belajar apabila ia tidak memiliki minat untuk belajar. Untuk dapat menguraikan tentang minat belajar perlu dijelaskan terlebih dahulu apa sesungguhnya yang dimaksud dengan minat.
            Sardiman (2007: 55) minat merupakan salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Slameto (2010: 182) mendefinisikan minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa berkaitan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Dikatakan semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
            Selanjutnya Skinner (1997: 337) menjelaskan minat sebagai dorongan yang menunjukkan perhatian individu terhadap objek yang menarik dan menyenangkan, apabila individu memperhatikan sesuatu objek yang menyenangkan, maka ia cenderung akan berusaha lebih aktif dengan obyek tersebut.
            Hal ini mengandung pengertian, bahwa minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Seseorang yang memiliki minat terhadap obyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap obyek tersebut. Dengan kata lain, bahwa minat seseorang tidak hanya mencerminkan perasaan positif yang menyebabkan orang tersebut melakukan sesuatu dengan senang, tetapi juga mencakup suatu pengetahuan tentang aktivitas dan adanya kemampuan untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Pada prinsipnya seseorang yang penuh minat belajar akan melakukan aktivitas belajar tanpa perasaan terpaksa, karena belajar menjadi suatu kebutuhan, hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh James (dalam Usman, 2001: 27) bahwa minat merupakan faktor yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.
            Ada yang mengemukakan bahwa menemukan sesuatu oleh murid memakan waktu yang lebih banyak. Yang dapat diajarkan dalam waktu 30 menit, mungkin memerlukan 4-5 jam dengan metode penemuan. Namun yang dipelajari dalam 4-5 jam itu, yakni merumuskan masalah, merencanakan cara memecahkannya, melakukan percobaan, membuat kesalahan, berpikir untuk mengatasinya, dan akhirnya menemukan penyelesaiannya tak ternilai harganya bagi cara belajar selanjutnya atas kemampuan sendiri.
            Eksplosi pengetahuan memerlukan cara belajar yang baru, demikian pula peranan yang baru bagi guru. Demikian pula yang menjadi persoalan ialah apa yang harus dipelajari. Pengetahuan yang berkembang dengan begitu cepat mengharuskan revisi kurikulum yang kontinu. Namun sukar diramalkan pengetahuan apakah yang berguna bagi anak di masa mendatang. Tetapi yang lebih penting ialah memupuk sikap dan teknik belajar, agar ia dapat terus belajar sepanjang hidupnya. Bahan atau isi pelajaran memegang peranan nomor dua dibandingkan dengan sikap dan metode belajar. Pendidikan tidak berhenti dengan berakhirnya masa belajar di sekolah.
            Jika dahulu diutamakan soal mengajar, maka akhir-akhir ini ditonjolkan soal belajar, setidaknya dalam teori. Selain itu, diketahui bahwa belajar akan lebih berhasil, bila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Diketahui pula bahwa setiap anak itu berbeda secara individual, bahwa perbedaan individual ini perlu mendapat perhatian yang lebih banyak. Belajar hanya akan terjadi dengan kegiatan anak itu sendiri. Ia  bukan bejana yang harus diisi oleh guru dengan berbagai pengetahuan.
            Dalam kenyatan masih kebanyakan proses pembelajaran dilakukan secara klasikal. Walaupun diketahui bahwa ada perbedaan individual, bahan pelajaran masih uniform bagi semua murid. Diharapkan dan dituntut dari setiap anak untuk belajar dengan kecepatan yang sama. Walaupun diketahui bahwa kelas sebenarnya heterogen, guru menganggap dan memperlakukan anak-anak seakan-akan kelas itu homogen. Oleh sebab itu, banyak kegagalan dan frustasi yang dialami oleh anak-anak. Bagaimana pengaruhnya terhadap pribadi anak dapat kita rasakan, yakni rasa enggan belajar, benci terhadap pelajaran, merasa terpaksa ke sekolah, rasa rendah diri dan berbagai efek negatif lainnya.
            Dalam pembelajaran klasikal anak yang lambat dan yang berbakat boleh dikatakan tidak mendapat perhatian yang selayaknya. Selain itu, ternyata ciri-ciri kepribadian anak mempengaruhi hasil belajar dan kegiatan anak belajar yang berkaitan dengan gaya mengajar oleh guru. Ada gaya mengajar atau teaching style guru yang cocok bagi anak tertentu akan tetapi kurang serasi bagi anak lain yang berbeda pribadinya. Dengan demikian, sebenarnya metode mengajar harus mempertimbangkan juga kepribadian murid. Dengan metode yang sama tidak semua murid memperoleh manfaat yang sama.
            Salah satu usaha untuk mempertimbangkan perbedaan individual itu adalah pengajaran berdasarkan sumber-sumber atau “resource based learning”. Cara belajar serupa ini memberi kebebasan kepada anak untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
            Menurut aliran ini belajar pada hakekatnya adalah proses mental dan proses berikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Belajar lebih dari sekadar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir. Seperti yang dikemukakan di muka, aliran belajar kognitif selanjutnya melahirkan berbagai teori belajar, seperti teori belajar Gestalt, teori Medan, Teori Belajar Konstruktivistik. Menurut teori-teori belajar yang beraliran kognitif, belajar pada hakekatnya bukan peristiwa behavioral yang dapat diamati tetapi proses mental seorang untuk memaknai lingkungannya sendiri. Proses mental itulah yang sebenarnya aspek yang sangat penting dalam perilaku belajar. Koffka, misalnya, melalui teori teori belajar Gestalt menjelaskan bahwa perubahan perilaku itu disebabkan oleh adanya insight daslam diri siswa, dengan demikian tugas guru adalah menyediakan lingkungan yang dapat memungkinkan setiap siswa dapat menangkap dan mengembangkan insight itu sendiri. Demikian juga dalam teori Medan yang dikembangkan oleh Kurt Lewin, menekankan bahwa belajar itu pada dasarnya adalah proses pengubahan struktur kognitif. Selanjutnya, Lewin juga menekankan akan pentingnya hadiah dan kesuksesan sebagai faktor yang dapat meningkatkan motivasi belajar setiap individu.
            Teori belajar yang mendasari SPI adalah teori belajar kontrukivistik. Teori belajar ini dikembangkan oleh Piaget. Menurut Piaget, pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Sejak kecil, menurut Piaget, setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. Skema itu secara terus menerus diperbaharui dan diubah melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian, tugas guru adalah mendorong siswa mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi itu.
            Untuk mengenali perilaku anak yang memiliki minat yang baik perlu dikenali tanda-tandanya. Tanda-tanda anak memiliki minat belajar dapat dilihat melalui tingkah lakunya. Tingkah laku tersebut adalah memperlihatkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap pelajaran dan sesuatu yang berhubungan dengan pelajaran, selalu menunjukkan kegembiraan apabila diminta untuk melakukan aktivitas belajar, selalu mencari informasi melalui buku-buku yang berhubungan dengan pelajaran, banyak memberikan pertanyaan yang sifatnya ingin tahu, banyak mengkomunikasikan apa yang diketahuinya tentang pelajaran kepada orang lain, dan lain-lain.

2)      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
            Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar erhadap sesuatu. Menurut Robert (dalam Azhar Arsyad, 2005: 136) minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Berdasarkan hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat diklasifikasikan, antara lain: a) Kemampuan dasar siswa; b) strategi pembelajaran, dan c) lingkungan keluarga.
a) Kemampuan Dasar
            Thorndike (dalam Sagala, 2008: 37) menjelaskan bahwa belajar akan terjadi antara lain apabila siswa memiliki kematangan, kesiapan belajar dan motivasi berperanan penting dalam keberhasilan belajar. Kemampuan dasar yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana sikap siswa menyikapi minat belajar. Dalam belajar diperlukan adanya pemahaman atai insight. Hilgara (dalam Sagala, 2008: 50) menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar dengan pemahaman yaitu kemampuan dasar yang dimiliki siswa.
            Berbicara tentang kemampuan dasar juga tak lepas dari intelegensi siswa. Stern (dalam Djamarah, 2000: 57) mengemukakan intelegensi merupakan daya untuk menyesuaikan diri secara mudah dengan keadaan baru dengan menggunakan  bahan-bahan pikiran yang ada menurut tujuannya. Seseorang dikatakan intelegen, apabila orang yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cepat tanpa mengalami suatu masalah. Ini berarti, seseorang yang sukar beradaptasi dan banyak mengalami masalah dikatakan tidak intelegen. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan kemampuan dasar yang dimiliki, siswa akan dengan mudah memiliki minat terhadap apa yang dipelajari.
b) Strategi Pembelajaran
            Kozna (dalam Uno, 2008: 1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. Di sisi lain, Dick dan Carey (dalam Uno, 2008: 1) menguraikan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang / atau digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan-tahapan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi arau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
            Memperhatikan pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-ara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar, untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik termasuk dalam menimbulkan minat dalam menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
c) Lingkungan Keluarga
            Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengem-bangkan pribadi siswa. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
            Maslow (dalam Jusuf, 2006: 37) mengemukakan keluarga merupakan lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan individu. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosio-psikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (self actualization). Minat merupakan aspek psikologisnya yang pembentukannya dimulai dari lingkungan keluarga. Untuk itu, diharapkan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama banyak berperan dalam menimbulkan minat sebagai faktor yang menentukan dalam keberhasilan belajar.
3)      Hakikat Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata ‘medius’ yang secara harfiah berarti ‘perantara atau pengantar’. Dalam bahasa Arab , media dalaha Perantara “Wasail” atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau pengatur pesan (Arsyad, 2005 : 3).
      Media dapat dibagi juga menjadi media yang didengar atau audio (audioasory), media yang dapat dilihat (visual), dan media yang dapat didengar dan dilihat (audio visual).  Sujana dan Rifai (dalam Arsyad, 2005 : 24) mengemukakan manfaat media dalam pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :
1)            Pembelajaran akan menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi pelajar.
2)            Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3)            Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4)            Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktisitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

a)      Media Audio Visual dalam Pembelajaran
     Audio visual adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman meliputi media yang dilihat dan didengar.”(Rohani, dalam Juliantara : 2010)
     Menurut Hermawan (Atoel, 2011) mengemukakan bahwa “Media audio visual adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman meliputi media yang dilihat dan didengar”.
                  Media audio visual merupakan kombinasi antara media audio dan visual. Media audio visual adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkan adalah gambar yang diam atau sedikit memiliki unsure gerak. Dengan menggunakan media ini pembelajaran akan semakan mantap dan optimal.
Karakteristik media audio visual adalah memiliki unsur suara dan gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena memiliki kedua jenis media yang pertama dan kedua yaitu media audio dan visual. (Miarso, dalam Atoel : 2011).
Djamarah, S. B. dkk, (Juliantara, 2010) menyatakan bahwa swbagai alat bantu (media pembelajaran) dalam pendidikan dan pengajaran, media audio visual memiliki sifat sebagai berikut:
a.       Kemampuan untuk meningkatkan prestasi
b.      Kemampuan untuk meningkatkan pengertian
c.       Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar
d.      Kemampuan untuk memberikan penguatan atau pengetahuan hasil yang dicapai
e.       Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan)
Dengan menggunakan media audio visual, pembelajaran akan memberikan pengalaman langsung dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan untauk siswa.
b)     Kelebihan media audio visual
                  Menurut Atoel, (2011) beberapa kelebihan dan kekurangan media audio visual pembelajaran sama dengan pengajaran audio visual yaitu:
a.       Memperjelas penyajian pesan agar tidak besifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata, lisan atau tertulis belaka)
b.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan alat indera, sepeti:
a.       Objek yang terlalu besar digantikan dengan gambar, film, atau model
b.      Obyek yang kecil dapat dibantu dengan proyektor micro, film atau gambar
c.       Kejadian atau peristiwa pada masa lalu bisa ditampilkan lagi melalui film, video, maupun foto.
c.       Media audio visual bisa berperan dalam pembelajaran tutorial
Dari beberapa kelebihan media audio visual untuk pembelajaran, maka sangat tepat sekali media audio visual digunakan dalam pembelajaran. Selain dapat memvisualkan materi-materi yang bersifat abstrak juga dapat membuat siswa merasakan pengalaman langsung dalam belajar.


4. Manfaat Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audio-Visual pada Anak SD
            Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media audio-visual dalam proses belajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu, dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data yang menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Menurut Yunus (1942 : 78) dalam bukunya Attarbiyatu Watta‘Liim mengukapkan : (Azhar Arsyad, 2002 : 16) bahwasannya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indra dan lebih dapat menjamin pemahaman….orang yang mendengarkan saja tidak sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarnya.
            Lavie dan Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media khususnya media visual yaitu sebagai berikut :
1.      Fungsi Atensi
            Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan maksud visual yang ditampilkan atau menyerupai texs materi pelajaran.
2.      Fungsi Afektif
           Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca texs yang bergambar. Gambar atau lambing dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
3.      Fungsi Kognitif
           Fungsi kognitif media visual mengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi pesan yang terkandung dalam gambar.
4.      Fungsi Konpensatoris
           Fungsi konpensatoris media visual yang memberikan konteks untuk memahami texs membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan texs atau disajikan dengan cara verbal.

            Menurut Nana Sudjana (1991) mengemukakan nilai-nilai praktis media pembelajaran adalah :
1.      Dengan media meletakkan dasar-dasar nyata untuk berfikir karena itu dapat mengurangi ferbalisme.
2.      Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.
3.      Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.
4.      Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
5.      Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
6.      Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan bahasa.
7.      Meberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang sempurna.
8.      Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujaun pengajaran dengan baik.
9.      Metode mengajar akan berfariasi, tidak semata-mata komunikasi ferbal melalui penuturan kata-kata guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.
10.  Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan, tetapi aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan.

            Nilai-nilai praktis media pembelajaran menurut Nana Sudjana (1991) adalah:
1.      Meletakan dasar-dasar yang konkrit dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme.
2.      Menampilkan objek yang terlalu besar yang memungkinkan utnuk dibawa kedalam kelas, misalnya pasar, pabrik. Objek-objek tersebut cukup ditampilkan melalui foto, film atau gambar.
3.      Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat gerakan yang terlalu lambat, misalnya gerakan mobil, pesawat, dll.
4.      Keseragaman pengamatan dan persepsi pada siswa.
5.      Membangkitkan motivasi siswa.
6.      Dapat mengontrol dan mengatur waktu siswa.
7.      Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lignkungan (sumber belajar).
8.      Bahan belajar dapat diulang sesuai kebutuhan atau disimpan pada saat lain.
9.      Memungkinkan untuk menampilkan objek yang langkah.
10.  Menampilkan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang.





            Penggunaan media berupa Audio-visual, proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan proses pencarian ilmu itu sendiri. Manfaat penggunaan media dalam pembelajaran, terutama untuk anak SD sangat penting, karena pada masa ini siswa masih berfikir konkret belum mampu berfikir abstrak. Kehadiran media sangat membantu mereka dalam memahami konsep tertentu yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa. Ketidakmampuan guru menjelaskan sesuatu bahan dapat diwakili oleh peranan media. Sehingga nilai praktek media terlihat yang bermanfaat bagi siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
Nilai atau manfaat penggunaan media audio-visual :
1.      menambah kegiatan belajar murid
2.      menghemat waktu belajar
3.      membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajaran
4.      memberikan situasi yang wajar untuk belajar dengan membangkitkan minat, perhatian, aktivitas membaca sendiri dan turut serta dalam bebbagai kegiatan sekolah peran guru lebih kearah positif dan produktif.
5.      Guru tidak terlalu mengulang- ulang penjelasan dalam pembelajaran
6.      Mengurangi uraian verbal
7.        Guru tidak lagi sebagai pengajar, tetapi sebagai konsultan, penasehat, manager pembelajaran.
2.2      Hipotesis Tindakan
            Berdasarkan kerangka teoretik di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Jika digunakan media audio visual maka minat belajar pada materi penmggolongan hewan dapat ditingkatkan”.
2.3      Indikator Kinerja
            Hasil capaian yang menjadi acuan dalam menentukan keberhasilan dalam penelitian ini yaitu jika sebagian besar ( 60% ) siswa menunjukkan minat yang tinggi terhadap pembelajaran yang berlangsung khususnya pembelajaran tentang penggolongan hewan







BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Latar dan Karakteristik Penelitian
            Penelitian ini di laksanakan di SDN 2 Botubilotahu yang terletak di Jln. Batu Pasang Desa Botubilotahu Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato. Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) yang ada di Kabupaten Pohuwato. Jumlah siswa di sekolah ini pada tahun ajaran 2012-2013 yakni 346 siswa yang terbagi dalam 12 rombongan belajar yakni masing-masing kelas terbagi atas 2 bagian yakni kelas A dan B. Jumlah Guru di sekolah ini sebanyak 23 orang, masing-masing 16 PNS dan 7 non PNS. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober -Desember tahun 2012.
            Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV B tahun Pelajaran 2012-2013. Jumlah siswa di kelas ini adalah 32 orang masing-masing 19 laki-laki dan 13 perempuan. Latar belakang sosial ekonomi di kelas ini adalah sebagian besar ekonomi menengah. Hal ini disebabkan karena dari 28 orang siswa, 15 siswa diantaranya orang tuanya adalah Pegawai Negeri Sipil. Untuk siswa yang lainnya (13 orang), ada yang orang tuannya pedagang besar, pedagang kecil, petani, dan wiraswata. Lingkungan tempat tinggal siswa lebih banyak berasal dari lingkungan pasar karena memang sekolah ini tidak terlalu jauh dari Pasar Tradisional Kecamatan Marisa.Tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran khususnya mata pelajaran IPA di kelas ini masih sekitar 50% belum menguasai konsep-konsep dalam IPA oleh karena minat belajar yang kurang. Saat pelajaran IPA, banyak siswa yang keluar masuk kelas dengan berbagai alasan, kurangnya perhaatian pada pelajaran, masih banyak siswa yang datang terlambat ke sekolah, malas dalam mengerjakan tugas PR, dan kesadaran untuk masuk sekolah masih sangat kurang.

3.2  Variabel Penelitian
      Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1)      Variabel Input (masukan)
            Yang menjadi variabel input dalam penelitian ini adalah minat belajar siswa, cara atau metode guru menyampaikan pelajaran, penggunaan media pembelajaran oleh guru, bahan pelajaran yang sesuai dengan tingkatan kelas, sumber pelajaran yang menggunakan berbagai macam literatur, serta administrasi pembelajaran guru yang meliputi kurikulum, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
2)      Variabel Proses
Yang menjadi variabel proses dalam penelitian ini adalah :
a.       Minat siswa dalam belajar akan menjadi lebih besar sehingga mendorong peningkatan hasil belajar.
b.      Terdorongnya motivasi belajar siswa untuk bertanya, menjawab berbagai pertanyaan dan menyelesaikan tugas dari guru.
c.       Penggunaan media pembelajaran yang efektif dan merangsang timbulnya minat belajar siswa.
d.      Penggunaan metode serta model pembelajaran yang sesuai
e.       Pembelajaran berlangsung dengan penuh gairah dan penuh rasa semangat.
3)      Output (hasil)
            Yang menjadi hasil akhir yang diharapkan dalam penelitian ini adalah meningkatnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran IPA
3.3   Prosedur Penelitian
1)      Tahap Persiapan / Perencanaan
a.       Mendiskusikan secara cermat dengan pihak sekolah (Kepala Sekolah dan Guru terkait) tentang rencana penelitian tindakan yang akan dilaksanakan.
b.      Menetapkan cara apa yang akan dilakukan dalam menanggulangi masalah yang terjadi pada proses pembelajaran (tahap observasi). Adapun cara penanggulangan masalah yang akan dilakukan oleh penelti adalah dengan menggunakan media audio visual.
c.       Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2)    Perencanaan Implementasi Tindakan
            Pada tahap ini, peneliti merencanakan implementasi tindakan ke dalam bentuk skenario sebagaimana yang telah dicantumkan pada tahap perencanaan. Skenario tersebut diawali dengan guru membuka pelajaran dengan salam, doa, mengecek kehadiran siswa dan memberikan motivasi belajar kepada siswa agar siswa semangat dalam mengikuti pelajaran. Guru mengharapkan dengan adanya semangat belajar para siswa dapat menerima pelajaran dengan baik. Materi pelajaran dimulai dengan memberikan apersepsi yang berhubungan dengan materi. Apersepsi ini dilakukan agar peserta didik mempunyai informasi awal tentang hal ikhwal dari pelajaran yang akan disampaikan. Materi pelajaran disajikan dengan menggunakan salah satu model pembelajaran (jigsaw) dengan dan diselingi dengan penjelasan materi melalui media audio visual. Peserta didik dibagi perkelompok secara heterogen dengan tujuan agar peserta didik dapat saling bekerja sama dengan anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dengan cara saling beradu kecepatan antara kelompok yang ada. Dalam kegiatan ini, guru memberikan satu tugas membahas materi masing-masing yang antara satu kelompok dengan kelompok yang lain berbeda. Setelah itu akan dibentuk tim ahli yang merupakan perwakilan masing-masing kelompok tugas dari kelompok ahli adalah menyatukan materi dari masing-masing perwakilan kelompok. Setelah itu anggota kelompok tim ahli kembali ke kelompok asalnya masing-masing. Kegiatan inti diakhiri dengan pembacaan hasil oleh setiap kelompok di depan kelas dan dilanjutkan dengan simpulan dari guru. Untuk kegiatan evaluasi, guru memberikan evaluasi tertulis secara perorangan.
3)      Pemantauan dan Evaluasi
            Pada proses pembelajaran, observer mengamati minat belajar siswa (lampiran 1) melalui keaktifan siswa dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru. Guru pamong akan menilai guru dalam hal menyiapkan pelajaran dan dalam proses pembelajaran.  Hasil ini menjadi data pendukung dalam pembelajaran pada tahap berikutnya.
4)       Tahap Analisis dan Refleksi
            Pada tahap ini semua data yang diperoleh dari hasil pemantauan dan evaluasi akan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan hasilnya dimanfaatkan untuk merefleksi diri dari seluruh proses kegiatan yang akan menjadi poin utama dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya. Kendala-kendala yang ditemukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga hasil pembelajaran ini tidak berhasil yaitu :
a.       Tidak adanya media pelajaran yang menyebebkan peserta didik bosan dalam menerima pelajaran
b.      Pemanfaatan waktu yang kurang baik oleh guru.
c.       Banyak siswa yang belum paham cara bekerja sama yang baik dalam kelompok.
d.       Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat.
3.4  Teknik Pengumpulan Data
      Teknik pengumpulan data dapat diuraikan sebagai berikut :
a.       Angket : yang memuat tentang kondisi-kondisi siswa yakni perhatian, relevansi, percaya diri, dan kepuasan.
b.      Pedoman wawancara :  untuk mengetahui minat belajar peserta didik.
c.       Pedoman observasi : untuk mengamati indicator minat yang ditunjukkan oleh siswa yang meliputi memperhatikan penjelasan guru, bersemangat dalam mengikuti pelajaran, memberikan pertanyaa, menjawab pertanyaan, aktif dalam proses belajar (kerja kelompok).
3.5  Teknik Analisis Data
      Pada tahap ini, semua data yang diperoleh dari instrumen pengukuran minat belajar siswa akan dianalisis dengan cara kuantitatif (banyaknya siswa yang memiliki minat yang besar dalam mata pelajaran IPA). Apabila sebagian besar (60%) siswa  memiliki minat belajar, maka penelitian telah berhasil. Tetapi, apabila hasil yang ada tidak sesuai dengan indikator kinerja maka akan dilaksanakan siklus yang selanjutnya.