BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia
mulai berfilsafat ketika manusia itu sendiri mulai menyadari keberadaannya di
dunia, yang dihadapakan pada berbagai kenyataan yang tidak dapat dipahaminya.
Hal ini memberikan suatu tanda tanya dalam diri manusia itu sendiri, seperti
kapan kehidupan di dunia ini dimulai? Adakah yang menciptakan dunia ini?
Siapakah manusia? Bagaimana manusia dapat hidup? Dan masih masih banyak lagi
pertanyaan yang sederhana tetapi tidak mudah untuk dijawab.
Filsafat
merupakan ajaran yang mengajarkan tentang kesadaran, kemauan, dan kemampuan
manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhuk individu, makhluk sosial, dan
makhluk Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup. Dengan belajar fisafat,
bertujuan menjadikan manusia sebagai manusia yang susila. Orang yang susila
dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan orang yang bijaksana. Dalam
rentang sejarah tidak sedikit manusia-manusia jenius mencoba menjelaskan
persoalan-persoalan dunia seperti yang dikemukakan tadi. Pikiran mereka sering
kali bertentangan, radikal, bahkan tidak masuk akal.
Pada
zaman sekarang ini, banyak orang yang tidak mengenal tokoh-tokoh filosof Namun
untuk tokoh filosof “Aristoteles”, telinga kita tidak asing lagi mendengar
namanya. Ia adalah seorang filosof yang sangat terkenal karena tokoh filosof
ini mampu menorehkan sejarah yang berharga dengan pengaruhnya yang sangat besar
terhadap perkembangan pemikiran filosofis. Beliau juga terkenal sebagai Bapak
“Logika”. Pemikiran filosofisnya dijadikan sebagai landasan berfikir.
Pandangannya lebih realis dari pada pandangan plato, (abstrak). Hal ini
disebabkan karena pendekatan yang dilakukan oleh Aristoteles adalah pendekatan
Empiris. Itulah sebabnya ia begitu mementingkan penelitian dialam dan mendukung
pengembangan ilmu-ilmu khusus.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimakah biografi Aristoteles ?
1.2.2
Apakah pengertian dari Filsafat ?
1.2.3
Bagaimanakah pandangan Aristoteles
tentang Filsafat ?
1.2.4
Apa saja hasil pemikiran Aristoteles di
berbagai bidang ilmu?
1.3 Tujuan
1.3.1
Agar kita mengetahui sejarah dan biografi
dari Aristoteles
1.3.2
Untuk mengetahui pengertian Filsafat
dari pandangan seorang Aristoteles maupun dari berbagai pandangan lainnya
1.3.3
Untuk mengetahui hasil maupun karya
Aristoteles dalam berbagai bidang ilmu yang masih digunakan sampai sekarang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Aristoteles
Aristoteles dilahirkan di kota
Stagira, Macedonia, 384 SM. Ayahnya seorang ahli fisika kenamaan. Pada umur
tujuh belas tahun Aristoteles pergi ke Athena belajar di Akademi Plato. Dia
menetap di sana selama dua puluh tahun hingga tak lama Plato meninggal dunia.
Dari ayahnya, Aristoteles mungkin memperoleh dorongan minat di bidang biologi
dan “pengetahuan praktis”. Di bawah asuhan Plato dia menanamkan minat dalam hal
spekulasi filosofis.
Pada tahun 342 SM Aristoteles pulang
kembali ke Macedonia, menjadi guru seorang anak raja umur tiga belas tahun yang
kemudian dalam sejarah terkenal dengan Alexander Yang Agung. Aristoteles
mendidik si Alexander muda dalam beberapa tahun. Di tahun 335 SM, sesudah
Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles kembali ke Athena dan di situ
dibukanya sekolahnya sendiri, Lyceum. Dia berada di Athena dua belas tahun,
satu masa yang berbarengan dengan karier penaklukan militer Alexander.
Alexander tidak minta nasehat kepada bekas gurunya, tetapi dia berbaik hati
menyediakan dana buat Aristoteles untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan.
Mungkin ini merupakan contoh pertama dalam sejarah seorang ilmuwan menerima
jumlah dana besar dari pemerintah untuk maksud-maksud penyelidikan dan
sekaligus merupakan yang terakhir dalam abad-abad berikutnya.
Walau begitu, pertaliannya dengan
Alexander mengandung pelbagai bahaya. Aristoteles menolak secara prinsipil cara
kediktatoran Alexander dan tatkala si penakluk Alexander menghukum mati sepupu
Aristoteles dengan tuduhan menghianat, Alexander punya pikiran pula membunuh
Aristoteles. Di satu pihak Aristoteles kelewat demokratis di mata Alexander,
dia juga punya hubungan erat dengan Alexander dan dipercaya oleh orang-orang
Athena. Tatkala Alexander mati tahun 323 SM golongan anti-Macedonia memegang
tampuk kekuasaan di Athena dan Aristoteles pun didakwa kurang ajar kepada dewa.
Aristoteles, teringat nasib yang menimpa Socrates 76 tahun sebelumnya, lari
meninggalkan kota sambil berkata dia tidak akan diberi kesempatan kedua kali
kepada orang-orang Athena berbuat dosa terhadap para filosof. Aristoteles
meninggal di pembuangan beberapa bulan kemudian di tahun 322 SM pada umur enam
puluh dua tahun.
Aristoteles dengan muridnya,
AlexanderHasil murni karya Aristoteles jumlahnya mencengangkan. Empat puluh
tujuh karyanya masih tetap bertahan. Daftar kuno mencatat tidak kurang dari
seratus tujuh puluh buku hasil ciptaannya. Bahkan bukan sekedar banyaknya
jumlah judul buku saja yang mengagumkan, melainkan luas daya jangkauan peradaban
yang menjadi bahan renungannya juga tak kurang-kurang hebatnya. Kerja ilmiahnya
betul-betul merupakan ensiklopedi ilmu untuk jamannya. Aristoteles menulis
tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi,
physiologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba. Hasil karya
ilmiahnya, merupakan, sebagiannya, kumpulan ilmu pengetahuan yang diperolehnya
dari para asisten yang spesial digaji untuk menghimpun data-data untuknya,
sedangkan sebagian lagi merupakan hasil dari serentetan pengamatannya sendiri.
Untuk menjadi seorang ahli paling
jempolan dalam tiap cabang ilmu tentu kemustahilan yang ajaib dan tak ada
duplikat seseorang di masa sesudahnya. Tetapi apa yang sudah dicapai oleh
Aristoteles malah lebih dari itu. Dia filosof orisinal, dia penyumbang utama
dalam tiap bidang penting falsafah spekulatif, dia menulis tentang etika dan
metafisika, psikologi, ekonomi, teologi, politik, retorika, keindahan,
pendidikan, puisi, adat-istiadat orang terbelakang dan konstitusi Athena. Salah
satu proyek penyelidikannya adalah koleksi pelbagai negeri yang digunakannya
untuk studi bandingan.
Mungkin sekali, yang paling penting
dari sekian banyak hasil karyanya adalah penyelidikannya tentang teori logika,
dan Aristoteles dipandang selaku pendiri cabang filosofi yang penting ini. Hal
ini sebetulnya berkat sifat logis dari cara berfikir Aristoteles yang
memungkinkannya mampu mempersembahkan begitu banyak bidang ilmu. Dia punya
bakat mengatur cara berfikir, merumuskan kaidah dan jenis-jenisnya yang
kemudian jadi dasar berpikir di banyak bidang ilmu pengetahuan. Aristoteles tak
pernah kejeblos ke dalam rawa-rawa mistik ataupun ekstrim. Aristoteles
senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-pendapat praktis. Sudah barang
tentu, manusia namanya, dia juga berbuat kesalahan. Tetapi, sungguh menakjubkan
sekali betapa sedikitnya kesalahan yang dia bikin dalam ensiklopedi yang begitu
luas.
Pengaruh Aristoteles terhadap cara
berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam. Di jaman dulu dan jaman pertengahan,
hasil karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali,
Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris. Penulis-penulis Yunani yang muncul
kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium mempelajari karyanya dan
menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat, buah pikirannya banyak
membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad-abad lamanya tulisan-tulisannya
mendominir cara berpikir Barat. Ibnu Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab
yang paling terkemuka, mencoba merumuskan suatu perpaduan antara teologi Islam
dengan rasionaliSMenya Aristoteles. Maimomides, pemikir paling terkemuka Yahudi
abad tengah berhasil mencapai sintesa dengan YudaiSMe. Tetapi, hasil kerja
paling gemilang dari perbuatan macam itu adalah Summa Theologia-nya cendikiawan
Nasrani St. Thomas Aquinas. Di luar daftar ini masih sangat banyak kaum cerdik
pandai abad tengah yang terpengaruh demikian dalamnya oleh pikiran Aristoteles.
Kekaguman orang kepada Aristoteles
menjadi begitu melonjak di akhir abad tengah tatkala keadaan sudah mengarah
pada penyembahan berhala. Dalam keadaan itu tulisan-tulisan Aristoteles lebih
merupakan semacam bungkus intelek yang jitu tempat mempertanyakan problem lebih
lanjut daripada semacam lampu penerang jalan. Aristoteles yang gemar meneliti
dan memikirkan ihwal dirinya tak salah lagi kurang sepakat dengan sanjungan
membabi buta dari generasi berikutnya terhadap tulisan-tulisannya.
Beberapa ide Aristoteles kelihatan
reaksioner diukur dengan kacamata sekarang. Misalnya, dia mendukung perbudakan
karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum alam. Dan dia percaya kerendahan
martabat wanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini-tentu saja –mencerminkan
pandangan yang berlaku pada jaman itu. Tetapi, tak kurang pula banyaknya buah
pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya, misalnya kalimatnya,
“Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dan kejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa
yang sudah merenungi dalam-dalam seni memerintah manusia pasti yakin bahwa
nasib sesuatu emperium tergantung pada pendidikan anak-anak mudanya.” (Tentu
saja, waktu itu belum ada sekolah seperti yang kita kenal sekarang).
Di abad-abad belakangan, pengaruh
dan reputasi Aristoteles telah merosot bukan alang kepalang. Namun, saya pikir
pengaruhnya sudah begitu menyerap dan berlangsung begitu lama sehingga saya
menyesal tidak bisa menempatkannya lebih tinggi dari tingkat urutan seperti
sekarang ini. Tingkat urutannya sekarang ini terutama akibat amat pentingnya
ketiga belas orang yang mendahuluinya dalam urutan.
Ahli filsafat terbesar di dunia
sepanjang zaman, bapak peradaban barat, bapak eksiklopedi, bapak ilmu
pengetahuan, atau guru(nya) para ilmuwan adalah berbagai julukan yang diberikan
pada ilmuan ini. Berbagai termuannya seperti logika yang diebut juga ilmu
mantic yaitu pengethaun tentang cara berpikir dengan baik, benar, dan sehat,
membaut namanya begitu dikenal oleh setiap orang di seluruh dunia yang pernah
mengecap penididkan.
Pria yang lahir di Stagmirus,
Macedonia. Pada tahun 384 SM. Inilah orang pertama di dunia yang dapat membuktikan
bahwa bumi bulat. Pembuktian yang dilakukaknya dengan jalan meliaht gerhana.
Sepuluh jenis kata yang dikenal orang saat ini seperti. Kata kerja, kata benda,
kata sifat dan sebagainya merupakan pembagian kata hasil pemikirannya. Dia
jugalah yang mengatakan bahwa manusia adalah mahluk social.
Ayahnya yang bernama Nicomachus,
seorang dokter di sitana Amyntas III, raja Mecodinia, kakek Alexander Agung.
Meninggal ketika Aristoteles berusia 15 tahun. Karennanya, ia kemudia
dipelihara oleh proxenus, pamanya- saudara dari ayahnya, pada usia 17 tahun ia
masuk akademi milik plato di Athena. Dari situlahia kemudian menjadi murid
plato selama 20 tahun. Dengan meninggalnya plato pada tahun 347 SM. Aristoteles
meninggalkan Athena dan mengembara selama 12 tahun. Dalam jenjang waktu itu ia
mendirikan akademi di Assus dan menikah dengan Pythias yang tak lama kemudian
meninggal. Ia lalu menikah lagi dengan Herpyllis yang kemudian melahirkan
baginya seorang anak laki-laki yang ia beri nama Nicomachus seperti ayahnya. Pada
tahu-tahun berikutnya ia juga mendirikan akademi di Mytilele. Saat itulah ia
sempat jadi guru Alexander Agung selama 3 thun.
Di Lyceum, Athena pada tahuan 355
SM. Ia juga mendirikan semacam akademi. Di sinilah ia selama 12 tahun
memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset dan eksperimen serta membuat
catatan-catatn dengan tekun dan cermat. Pada tahun 323 SM Alexander Agung
meninggal. Karena takut di bunuh orang yunani yang membenci pengikut Alexander,
Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis. Tapi ajal emmang tak menganal
tempat. Mau bersembunyi kemanapun, kalau ajal sudah tiba tidak ada yang bisa
menolak. Demikian juga dengan tokoh ini, satu tahun setelah pelariannya ke kota
itu, yaitu tepatnya pada tahun 322 SM, pada usia 62 tahun ia meninggal juga di
kota tersebut, Chalcis Yunani.
2.2 Definisi Filsafat
Secara etimologi filsafat berasal
dari beberapa bahasa, yaituphilosophy (Inggris), philosophia (latin),
philosophie (jerman, belanda, dan perancis). Dan ada pula yang mengatakan bahwa
filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah yang artinya Al-Hikmah. Akan
tetapi , kata tersebut awalnya berasal dari bahasa Yunani philos yang artinya
cinta, sedangkan sophia artinya kebijaksana. Oleh karena itu, filsafat dapat
diartikan dengan cinta kebijaksanaan yang dalam bahasa arab diistilahkan dengan
Al-Hikmah. Para ahli filsafat disebut dengan filosof, yakni orang yang
mencintai atau mencari kebijaksanaan atau berpengetahuan benar. Filosof bukan
orang yang bijaksana atau berpengetahuan benar, melainkan orang yang sedang
belajar mencari kebenaran dan kebijaksanaan.
Aristoteles, murid Plato
mengatakan, filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu
matafisika, logika, retorika, politik, sosial budaya dan estetika
2.3 Pandangan Aristoteles tentang
Filsafat
Aristoteles sependapat dengan
gurunya Plato, yaitu tujuan terakhir daripada filosofi adalah pengetahuan
tentang wujud/adanya dan yang umum. Dia juga mempunyai keyakinan tentang
kebenaran yang sebenarnya hanya dapat dicapai dengan jelas pengertian,
bagaimana memikirkan adanya itu? Menurut Aristoteles adanya itu tidak dapat
diketahui dari materi benda belaka, tidak pula dari pemikiran yang bersifat
umum semata. Seperti pendapat Plato tentang adanya itu terletak dalam barang
satu-satunya, selama barang tersebut ditentukan oleh yang umum. Pandangannya
juga yang realis dari pandanganan Plato yang selalu didasarkan pada yang
abstrak. Ini semua disebabkan dari pendidikannya diwaktu kecil yang senantiasa
mengharapkan adanya bukti dan kenyataan. Ia terlebih dahulu memandang yang
konkrit, bermula dari mengumpulkan fakta-fakta yang ada kemudian disusun
menurut ragam dan jenis atau sifatnya dalam suatu sistem setelah itu ia
meninjaunya kembali dan disangkutpautkan satu sama lain.
Bila orang-orang shopis banyak yang
menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam
metaphysics menyatakan abahwa manusia dapat mencapai kebenaran. Tuhan itu
menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak berhubungan
dengan (idak memperdulikan) alam ini. Ia bukan pesona, ia tidak memperhatikan
doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai tuhan kita tidak usah mengharapkan
ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi dan kita mencontoh ke sana
untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita.
Pandangan filsafatnya tentang etika
adalah bahwa etika adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan dan merupakan
sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan. Etika dapat mendidik manusia
supaya memiliki sikap ayang pantas dalam segala perbuatan. Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa kebaikan terletak ditengah-tengah antara dua ujung yag
paliang jauh. Contohnya pemberani adalah sifat baik yang terletak di antara
pengecut dan nekad, dermawan terletak di antara kikir adan pemboros, renadah
hati terletak diantara berjiwa budi dan sombong, dan lain sebagainya.
Orang harus pandai mengusai diri agar tidak terombang-ambing oleh hawa nafsu.
Namun, dalam pemahamannya selain
dalam permasalahan etika ia juga menyinggung masalah tentang nilai-nilai
matematika, fisika, astronomi dan filsafat. Ia menyatakan bahwa putra-putri
semu warga negara sebaiknya diajar sesuai dengan kemampuan mereka, sesuatu
pandangan mereka yang sama dengan doktrin Plato tentang keberadaan individual,
disiplin merupakan hal yang essensial untuk mengajarkan para apemuda daan kaum
laki-laki muda untuk mematuhi perintah-perintah dan mengendalikan gerakan hati
mereka.
Aristoteles seorang filusuf yang
terbesar, memberikan definisi bahwa manusia itu adalah hewan yang berakal sehat
yang mengeluarkan pendapatnya yang bebicara berdasarkan akal pikirannya. (the
animal that reasons). Dia pun mengajukan rumusan lain yaitu manusia itu adalah
hewan yang berpolitik (zoon politicion, political animal) hewan yang membangun
masyarakat diatas family-family menjadi pengelompokkan yang impersonal dari
opada kamapung dan negara. Ditambahnya pula bahwa manusia itu political karena
dia memiliki bahasa. Hal ini membawa kepada kesimpulan bahwa semua hewan sosial
(social animal) seperti lebah dan semut, mempunyai beberapa pengucapan
atau komunikasi. Akan tetapi Aristoteles selanjutnya menerangkan pula bahwa
keadilan umpamanya tanpa idea-idea termaksud maka jenis masyarakat hewan sering
mempunyai organisasi yang menarik perhatian dan prilaku para anggotanya tertib
dalam pengertian garis-garis insting yang terbatas, akan tetapi kita tidak
berpendapat bahwa hewan-hewan tersebut tidak menginsafi aturan-aturan dan
mengubahnya dari waktauke waktu mereka tetap tidak pernah beruasaha memikirkan
suatu cita keadilan.
2.4 Pemikiran Aristoteles tentang
Filsafat
Filsafat Aristoteles berkembang
dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato
ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia
mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya
tulisnya yang membahas masalah logika,
yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya
di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan
karya seni.
Di bidang ilmu alam,
ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies
biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan
analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.
Berlawanan dengan Plato yang
menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan
bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran
lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu
tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak
dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu
harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak
bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian
Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika
Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif
(deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap
sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian,
dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan
berpikir induktif
(inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir
yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat
digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang
telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis):
- Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
- Sokrates adalah manusa (premis minor)
- maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik,
Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk
demokrasi dan monarki. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles,
maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana
kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti
Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang
prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika,
politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat
pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike.
Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia
mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.
Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran
material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan
artistik yang merupakan hasil chatarsis
disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang
dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan
normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada
perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan.
Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu
sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk
kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah
peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau
bukti-bukti yang konkrit.
Aristoteles juga mengemukakan
pemikirannya tentang Negara dan Filsafat Politik. Demokrasi adalah bentuk
sistem pemerintahan negara yang paling baik menurut Aristoteles. Sebaliknya,
negara tirani adalah negara yang buruk karena dikedepankan oleh perintah satu
orang dan semua orang harus mematuhinya.
Menurut Aristoteles, seorang warga
negara boleh ikut terlibat dalam musyawarah dan judicial administration
dalam negaranya. Secara umum negara dibangun atas banyak warga negara yang
masing-masing bertujuan menyelenggarakan hidup, tetapi dalam prakteknya warga
negara adalah orang yang memiliki kedua orang tua dari warga negara yang
bersangkutan. Atas dasar warga negara yang memiliki hak untuk terlibat, maka
Aristoteles menganggap bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan yang baik.
Namun, demokrasi yang dimaksudkan oleh Aristoteles bukan demokrasi secara utuh,
tetapi demokratis-moderat atau demokrasi dengan undang-undang dasar. Hak warga
negara untuk terlibat dalam pemerintahan juga bukan sembarangan, melainkan hak
warga negara golongan tengah, yaitu yang memiliki senjata dan yang telah biasa
berperang.
Beberapa karya berupa buku yang pernah diterjemahkan
oleh Aristoteles yaitu :
1. Categoriae
(al-Maqulat) berisi 10 macam predikat (keterangan). Buku ini diterjemahkan oleh
Ibnu al-Muqaffa, kemudian diterjemahkan lagi oleh Isbah bin Hunein, kemudian
diterjemahkan lagi oleh Yahya bin Adij dengan ulasan dari Iskandar Aprodisios.
Al-Farabi menulis ulasan tentang Maqulat dan Ibnu Sina menulis tujuan Maqulat.
2. Interpretatione
(tafsiran-tafsiran) yang dalam dunia islam terkenal dengan nama Pro-Armenias,
berisi keterangan tentang bahasa yaitu tentang proposisi dan bagian-bagiannya.
Buku tersebut diterjemahkan oleh Ishaq bin Hunein dan juga al-Farabi.
3. Analytica
Priora (uraian pertama) yang membicarakan tentang qiyas (syllogis)
diterjemahkan oleh al-Kindi, Abu Bisyr, Mattius, al-Farabi dan al-Jurjani.
Dikalangan Yunani buku-buku tersebut terkenal dengan
nama Organoon, yang berarti akal, karena buku ini merupakan alat yang
diperlukan dalam pembahasan dan dipakai untuk setiap ilmu, berisi
aaturan-aturan berfikir yang menjamin kebenaran-kebenaran persoalan yang dibicarakan.
Buku-buku Aristoteles tentang fisika ada tiga:
1. De
Caelo (langit) yang diterjemahkan oleh Ibnu Petrik, kenmudian diberi ulasan
oleh al-Farabi, Abu Hasim al-Jubbai juga mengulasnya dengan judul
al-Mutassaffih. Disana ia banyak menentang pikiran-pikiran Aristoteles.
2. Animalium
(hewan) yang diterjemahkan oleh Nicolas Damascus, seperti yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Zar’ah.
3. Anima
(jiwa) yang diterjemahkan oleh Ishak bin Hunein, Ibnu Sina, Qusta bin Luzas dan
Imam Ar-Razi didasarkan atas pikiran-pikiran Aristoteles.
Buku etika Aristoteles yang diterjemahkan ke dalam
bahas arab menurut pengarang buku Kaasyfud-Dhaunun ialah buku Ethica
Nocomachaea dan dua uraian tentang etika. Pada galibnya buku berikut didasarkan
atas ilmu etika.
1. Al-Akhlak
karangan al-Farabi sebagai ulasan terhadap buku Aristoteles.
2. Al-Akhlak karangan Ibnu Maskawih.
3. Akhlakus-Syech
ar-rais dari Ibnu Sina.
Buku metafhysics yang pokok-pokok pembahasannya
disusun menurut urutan abjad Yunani dimulai dari huruf A. Diantaranya isinya
yang sampai kepada kaum Muslimin ada sebelas karangan sedangkan teks aslinya
dalam bahasa Yunani berisi 14 karangan.
Sebagai gema dari buku tersebut. Timbullah buku-buku
berikut:
1. Al-Ibanah
‘An Gharadhi Aristoteles fi Kitabi ma ba’da at-Thabi’ah (penjelasan tentang maksud
Aristoteles dalam buku metafisika) karangan al-Farabi.
2. Buku
tentang ilmu ketuhanan dan catatan atas buku huruf (buku metafisika dari
aristoteles) keduanya juga karangan al-Farabi.
3. Buku-buku
sekitar matefisika karangan ar-Razi, seorang tabib.
Berikut ini adalah
beberapa ajaran-ajaran dari Aristoteles, yaitu :
1.
Ajaran tentang logika
Menurut aristoteles, berpikir harus
dilakukan dengan bertitik tolak pada pengertian-pengertian sesuatu benda.
2.
Ajaran tentang silogisme
Menurutnya, pengetahuan manusia
hanya dapat dimunculkan dengan dua cara, yaitu induksi dan deduksi. Menurutnya,
deduksi adaah proses berpikir yang bertolak pada dua kebenaran yang tidak
diragukan lagi untuk mencapai kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga.Deduksi
ini merupakan jalan yang baik untuk melahirkan pengetahuan baru. Berpikir
deduksi yaitu silogisme, yang terdiri dari premis mayor dan premis minor,dan
kesimpulan.
3.
Ajaran tentang pengelompokan ilmu
pengetahuan
Ia mengelompokkan imu pengetahuan
menjadi tiga golongan, yaitu:
§ Ilmu
pengetahuan praktis(etika dan poitik)
§ Ilmu
pengetahuan produktif(teknik dan kesehatan)
§ Ilmu
pengetahuan teoritis(fisika,matematika,metafisika)
4. Ajaran
tentang Aktus dan Potensia
Mengenai dengan realitas yang ada,
Aristoteles tidak sependapat dengan gurunya Plato yang menyatakan bahwa
realitas itu ada pada dunia ide. Menurut aristoteles, keberadaan manusia bukan
di dunia ide, tetapi mannusia berada yang satu per satu. Dengan demikian,
realitas itu terdapat pada yang kongkret, yang bermacam-macam, yang
berubah-ubah.itulah realitas yang sesungguhnya.
5.
Ajaran tentang pengenalan
Terdapat dua pengenalan, yaitu
pengenalan indrawi dan rasional. Dengan pengenaan indrawi kita dapat memperoleh
pengetahuan tentang bentuk benda(bukan materinya)dan hanya mengenal hal-hal
yang kongkret. Sedangkan pengenaan rasional kita dapat memperoleh pengetahuan
tentang hakikat dari suatu benda.
6.
Ajaran tentang etika
Menurut pendapatnya, tujuan
tertinggi hidup manusia adalah kebahagiaan(eudaimonia). Kebahagiaan adalah
suatu keadaan dimana segala sesuatu yang termasuk dalam keadaan bahagia
telah berada dalam diri manusia. Dan menurutnya juga, etika adalah sarana
untuk kebahagiaan. Sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan,etika
dapat mendidik manusia supaya memiiki sikap yang pantas dalam segala perbuatan.
7.
Ajaran tentang Negara
Menurut aristoteeles, negara akan
damai jika rakyatnya juga damai. Negara paing baik adalah negara dengan sistem
demokrasi moderat, yaitu sistem demokrasi yang berdasarkan dengan Undang-Undang
Dasar.
Pada pendapat aristoteles juga
membagi logika dalam tiga bagian, yaitu mempertimbangkan, menarik kesimpulan,
dan membuktikan atau menerangkan. Uraian tersebut berpegangan pada filsafat
socrates yang menyatakan bahwa buah pikiran itu adalah gambaran dari keadaan
yang objektif. Menurut aristoteles, realitas yang objektif tidak tertangkap
dengan dengan pengertian, tetapi bertepatan dengan dasar dasar metafisika dan
logika yang tinggi.
Dasar tersebut dibagi menjadi tiga
yaitu :
Pertama,
semua yang benar harus sesuai dengan adanya sendiri.tidak mungkin ada kebenaran
kalu di dalamnya ada pertentangan, hal ini terkenal dengan hukum identika.
Kedua,
dari dua pertanyaan tentang sesuatu, jika satu membenarkan dan yang lain
menyalahkan, hanya satu yang benar. Hukum ini disebut juga penyangkalan
(kontradikta). Menurut aristoteles yang paling penting dari segala prinsip.
Ketiga, antara dua pernyataan yang bertentangan mengiyakan dan meniadakan, tidak mungkin ada pernyataan yang ketiga. Dasar ini disebut hukum penyikiran yang ketiga. Pada hal ini aristoteles berpendapat bahwa ketiga hukum itu tidak saja berlaku bagi jalan pikiran, tetapi juga seluruh alam takluk kepadanya. Hal ini menunjukan bahwa membandingkan dan menarik kesimpulan harus mengutamakan yang umum.
Ketiga, antara dua pernyataan yang bertentangan mengiyakan dan meniadakan, tidak mungkin ada pernyataan yang ketiga. Dasar ini disebut hukum penyikiran yang ketiga. Pada hal ini aristoteles berpendapat bahwa ketiga hukum itu tidak saja berlaku bagi jalan pikiran, tetapi juga seluruh alam takluk kepadanya. Hal ini menunjukan bahwa membandingkan dan menarik kesimpulan harus mengutamakan yang umum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip
bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa
eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki
sifat universal dan khusus. Pandangan Aristoteles terbukti lebih realis dari
pada gurunya, yaitu plato. Dimana ia lebih mendasarkan pada hal-hal yang
konkret. ia bermula dengan mengumpulkan fakta-fakta yang kemudian fakta-fakta
itu disusun menurut ragam dan jenis atau sifatnya dalam suatu sistem. Aristoteles
juga terkenal sebagai bapak Logika, dimana logika tidak lain dari berfikir
secara teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab dan
akibat. Yang Pada dasarnya, berfikir adalah mempertalikan isi pikiran dalam
hubungan yang tepat. Akan tetapi, Aristoteleslah yang pertama kali
membentangkan cara berfikir yang teratur dari suatu sistem.
DAFTAR PUSTAKA
Losee, John. (2001). A Historical
Introduction to the Philosophy of
Science, Fourth edition. New York:
Oxford University Press.
Hardiman, F. Budi. (2011). Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia
Modern (dari Machiavelli sampai Nietzsehe). Jakarta: Erlangga